“Kenapa, Bunda tidak ikhlas melayani ayah?” tegurnya setelah melihat mimik wajahku yang mungkin tampak keberatan.
“Ayah itu suami Bunda! Kita bekerja di tempat yang sama, Bunda cape ... sama ayah juga! Sebab itu ayah kerjakan pekerjaan rumah. Bunda mau apapun ayah tidak pernah melarang! Apa salah, ayah ingin Bunda mendapatkan pahala kebaikan karena telah melayani ayah?”
Aku tertunduk dan pikiranku melayang mengingat apa yang selama ini telah aku lakukan untuk suamiku. Kurasa, aku terlalu sibuk dengan mimpi-mimpiku, sehingga lupa dimana surgaku berada.
“Ayah ingin kita selalu bersama tidak hanya di dunia tetapi juga di surga!” ucap suamiku lirih, mengingatkanku tentang hak dan kewajiban sebagai istri.
Hatiku terhenyak ketika ia berkata seperti itu. Apa yang aku lakukan selama ini hanyalah untuk memenuhi kepuasan diri. Sekarang aku tahu garis finish yang harus ditempuh adalah kebahagia dunia akhirat dan hidup sesurga bersamanya. Impian melanjtkan pendidikan S2 tidak menjadi prioritasku lagi.
Target terdekat adalah menata kembali apa yang seharusnya aku perbaiki, memberikan yang terbaik untuk keluarga, mengharap dari rida suamiku agar Allah pun rida kepadaku.
“Mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat adalah garis finish dalam kehidupan berumah tangga, aku percaya melayani setulus hati, surgawi menantimu.”
- Fresty R. Pertiwi –
PROFIL PENULIS
Fresty Restu Pertiwi, S. Pd. Lahir di Karawang pada tanggal 27 Juli 1991. Menetap di Karawang dengan ketiga buah hatinya, Uwais Hamizan Utomo, Irdina Husna Utomo, dan Umar Hafizhan Utomo serta suami, Teguh Dwi Utomo. Mengabdi menjadi guru Matematika di SMPIT Mentari Ilmu Karawang sejak tahun 2012.