4. Penyiapan Perekat yang dilakukan dengan memasak tepung kanji dan air hingga bertekstur seperti lem.
5. Pencampuran yang dilakukan dengan mencampur hasil pengayakan dengan perekat hingga merata.
6. Pencetakan yang dilakukan dengan memadatkan hasil pencampuran pada pipa kemudian didorong hingga keluar hasil pencetakan
7. Pengeringan yang dilakukan dengan menjemur hasil pencetakan di bawah sinar matahari selama 4-7 hari.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket. Briket lebih unggul dibandingkan arang karena  harganya lebih murah, mudah terbakar, lama habis, minim asap, dan minim abu. Dengan membuat briket sendiri masyarakat dapat mengurangi penggunaan gas Elpiji dan mengurangi penumpukan limbah. Sehingga briket menjadi solusi terbaik dari permasalahan penumpukan limbah tempurung kelapa yang ada di Desa Punggur KapuasÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H