Mohon tunggu...
Freny Andriani
Freny Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masyarakat Rajin Belanja, Indonesia Aman dari Resesi?

29 April 2023   12:39 Diperbarui: 29 April 2023   16:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Perekonomian Indonesia masih berpegang pada konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga, pengeluaran unit usaha, pendapatan pajak, dan juga nilai next-eksport dari sebuah negara merupakan unsur yang dapat mempengaruhi naiknya nilai Produk Domestik Bruto atau PDB. Jika nilai PDB naik dari angka sebelumnya maka perekonomian negara tersebut dikatakan baik. 

PDB Indonesia tentu masih berpengaruh pada konsumsi rumah tangga dan unit usaha dalam negeri. Belakangan ini pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan, namun sayangnya peningkatan tersebut tidak lebih banyak dari jumlah konsumsi masyarakat sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Lalu apakah dengan isu terjadinya resesi belakangan ini akan menerpa perekonomian Indonesia saat ini?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran masyarakat untuk konsumsi rumah tangga Indonesia tumbuh 4,93% pada tahun 2022. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya 2019 yang hanya berada pada angka 2,02%. Menurunnya angka secara drastis dapat dilihat secara nyata tidak lain disebabkan karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dari total pertumbuhan sebesar 2,91% dari tahun sebelumnya ternyata belum melebihi jumlah konsumsi rumah tangga Indonesia sebelum pandemi Covid-19 yaitu pada 2012-2019 yang berada pada angka 5,13%.

Dengan adanya kenaikan angka dari anjloknya pertumbuhan ekonomi selama pandemi, pada tahun 2023 yang dibarengi dengan diberhentikannya PPKM, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tetap kuat pada kisaran angka 4,5-5,3%. Hal ini didorong dengan meningkatnya permintaan domestik, yaitu dari konsumsi rumah tangga maupun investasi yang juga jumlahnya mengalami peningkatan.

Dengan kenaikan angka di atas Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Herman Saherudin dalam Diskusi LPS-Forwada di Jakarta pada 9 Maret 2023 mengatakan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia sudah pulih dari berbagai aspek, itu artinya konsumsi masyarakat juga ikut membaik. Simpanan masyarakat perseorangan growthnya sudah mulai ternormalisasi, dimana porsi konsumsi dari masyarakat dengan simpanan/tabungan masyarakat sudah balance.

“Jadi artinya melihat perkembangan kuartal satu ini meskipun belum akhir Maret belum selesai, kita lihat sepertinya dampak risiko global itu memang perlu kita waspadai namun tidak separah yang diperkirakan sebelumnya,” ujar Herman.

Sementara pengamat ekonomi dari Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakan “Kita nggak perlu khawatir di tahun 2023 ini, artinya, tidak akan ada resesi di tahun 2023,” Piter mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,8%, sementara dirinya pribadi memperkirakan 4,75% - 5,25%. Itu artinya di tahun 2023 ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan tumbuh membaik, karena ekonomi Indonesia tidak bergantung pada ekonomi global. “Global boleh saja resesi, tapi Indonesia tidak akan resesi. Kenapa? Karena pertumbuhan kita lebih ditentukan oleh domestic demand,” imbuh Piter. Herman menambahkan, Resesi bisa saja menyerang Indonesia jika memang domestic demand-nya terpengaruh, seperti halnya saat Indonesia menerapkan PPKM yang mengakibatkan pergerakan masyarakat terbatas bahkan terhenti.

Untuk sekarang ini di masa pemulihan, jika konsumsi masyarakat semakin meningkat maka berdampak adanya kesempatan perusahaan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat untuk menambah proses produksi, hal tersebut dapat berpengaruh mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Jika masyarakat dapat bekerja maka akan memiliki pendapatan dari hasil bekerja tersebut. Dari pendapatan tersebut  masyarakat dapat membelanjakan uangnya kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Dengan begitu laju perekonomian masyarakat akan berjalan dengan lancar, Indonesia dapat meminimalisir ancaman resesi yang ada sebab PDB meningkat akibat konsumsi masyarakat yang kembali normal seperti sebelum pandemi.

Adapun dampak bahaya dari resesi itu sendiri dapat menyebabkan menurunnya pendapatan negara dari pajak ataupun non-pajak. Hal ini disebabkan karena penghasilan masyarakat yang menurun. Jumlah pengangguran di negara akan meningkat namun pemerintah dituntut untuk tetap membuka lowongan pekerjaan, alhasil pinjaman ke bank asing akan meningkat. Serta dapat mengancam perusahaan bahkan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan karena minat masyarakat yang menurun dan memilih untuk menabung uang yang mereka miliki, hal ini akan menyebabkan pendapatan perusahaan menurun. 

Maka dalam masa pemulihan pasca pandemi, pola menabung masyarakat dapat dikatakan menjadi faktor pemicu terjadinya resesi jika pendapatan negara negatif dan masyarakat lebih memilih untuk menyalurkan sebagian besar uangnya untuk menabung. Oleh sebab itu, konsumsi masyarakat harus stabil dan seimbang dengan produksi yang ada di negara agar tidak menimbulkan inflasi ataupun deflasi.

Pada rumus fungsi konsumsi ( Y = C + S ), Y sebagai pendapatan yang diperoleh dari kita bekerja. C sebagai konsumsi yaitu membelanjakan pendapatan kita untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus dalam kegiatan tersebut bergeraklah roda perekonomian. S sebagai tabungan yang dapat digunakan setiap saat atau dalam keadaan mendesak, tabungan selalu berbanding terbalik dengan konsumsi dimana semakin tinggi konsumsi maka semakin rendah tabungan yang kita beri dan begitu sebaliknya. Oleh sebab itu antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan harus seimbang.

Untuk itu pola konsumsi masyarakat di masa pemulihan pasca pandemi Covid-19 harus lebih didorong agar angka pendapatan negara dapat kembali atau meningkat dari tahun sebelum pandemi. Menabung semua pendapatan kita di masa pemulihan seperti sekarang bukan sebuah solusi sebagai penggerak ekonomi yang menurun akibat diterapknnya pembatasan PPKM. 

Menabung memang perlu dilakukan, namun membelanjakan uang untuk memenuhi kebutuhan tidak ada salahnya, sebab sejatinya pendapatan yang kita peroleh dari bekerja sebagiannya adalah milik orang lain yang harus disalurkan, entah itu melalui sedekah atau dengan membelanjakan kepada pedagang disekitar dengan begitu perekonomian berputar dengan baik, pedagang memiliki pendaptan, angka pengangguran dapat berkurang, serta pendapatan negara meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun