Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Rasul Paulus

15 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 15 Oktober 2020   06:45 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sangsabda.wordpress.com

Sebutan nama Paulus sebetulnya, lebih bermotif misi, pasca pertobatannya. Saulus bertobat, dan namanya berubah menjadi Paulus demi keutamaan pewartaan Injil kepada bangsa-bangsa lain (Yunani, non-Yahudi, Romawi), sebagaimana ditegaskan oleh Yesus dalam (Kis. 9:15). 

Perubahan nama Saulus menjadi Paulus bukan untuk menghilangkan jejak Saulus sebagaimana berbagai kejahatan yang telah dilakukannya, karena toh, dirinya akan kembali bertemu kawan-kawan lamanya, dan jemaat yang sama pula. Lagipula setelah bertobat, pada beberapa teks, nama Saulus masih disebutkan. Tidak hanya itu. Setelah Saulus bertobat, dirinya masih ditakuti dalam kalangan jemaat karena keganasan dan kejahatannya bagi para pengikut Kristus. 

Perubahan nama Saulus menjadi Paulus bermotif misi dan bermakna teologis. Dari Saulus besar menjadi Paulus kecil. Dengan menyadari kekecilannya, Paulus mengabdi total kepada Sang Maha Besar yakni Tuhan. Dan terbukti bahwa masa lalunya sama sekali tidak mampu menghalangi niat Tuhan untuk berkarya. Karena pertobatan dan kegigihannya mewartakan nama Tuhan ke penjuru dunia, Paulus disebut Rasul dan sekaligus Teolog. Konsep Teologis Paulus yang cukup familiar, dikenal tri kebajikan teologal yakni iman, harap dan kasih. 

Suatu pembelajaran dari Teks Galatia 2:1-2.7-14. Saya membaca teks ini dan terkagum-kagum. Paulus pergi mewartakan Injil dengan pernyataan yang telah diletakkan Tuhan atas dirinya. Paulus membentangkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, mempergunakan strategi jitu. Di tengah kegigihannya mewartakan Injil, Paulus menyempatkan diri, bertemu dengan orang-orang terpandang.

Mengapa? Karena keberhasilan pewartaan turut ditentukan oleh orang-orang terpandang waktu itu. Hal itu Paulus lakukan, supaya pewartaannya janganlah sia-sia atau percuma. 

Paulus tak gentar dalam mewartakan karena dirinya telah diberi kekuatan dan karunia oleh Tuhan untuk mewartakan. Keyakinan itu lebih kuat lagi, ketika dirinya mendapat dukungan dalam persekutuan yang ditandai dengan berjabat tangan, dari Yakobus, Kefas, dan Yohanes. 

Walaupun sasaran misi berbeda yakni kelompok Petrus, konsentrasi pada orang-orang bersunat dan kelompok Paulus pada orang-orang tak bersunat, tetapi Paulus diminta supaya jangan melupakan orang-orang miskin dalam pewartaan. Dan memang benar, Paulus sangat mengusahakan itu. 

Dalam misi itu, terjadi soal antara Paulus dan Kefas. Soal itu muncul karena inkonsisten Kefas, di mana dirinya tidak ingin duduk bersama dengan orang-orang bersunat. Paulus menentang Kefas, karena Kefas salah. Mengapa salah? Karena seharusnya Kefas tidak boleh meninggalkan orang-orang bersunat dari kalangan Yakobus. Kefas, malah  tinggalkan mereka, karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Sementara sebelumnya telah terjadi kesepakatan tentang sasaran misi pewartaan dan karena itu, sebetulnya, sikap takut Kefas sama sekali tidak dibenarkan. 

Paulus melihat bahwa apa yang ditunjukkan oleh Kefas, dan bahkan Barnabas yang awalnya dengan dirinya, merupakan suatu sikap inkonsisten, yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Kebenaran Injil yang dimaksud ialah amanat misi Yesus, yakni pergilah ke seluruh dunia, wartakanlah Injil, baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. 

Paulus mau menunjukkan bahwa budaya boleh berbeda, tetapi para pewarta dan dalam pewartaan, tidak boleh membeda-bedakan. Bagi Paulus, sunat dan tidak sunat, tidak penting bagi orang beriman. Yang penting ialah mengimani Allah. Itu yang dikenalnya dengan sunat hati, maksudnya menerima dan mewartakan Allah dengan hati yang terbuka, tulus dan bersih.

Penulis: Rm. Yudel Neno, Pr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun