Pasca debat Capres keempat menjelang pilpres 2019, lantaran Prabowo Subianto membeberkan berbagai fakta yang menempatkan posisi TNI pada titik lemah, Capres petahana, Jokowi, justeru menegaskan bahwa dirinya walaupun sebagai orang sipil, ia sangat percaya pada TNI.
Menanggapi pernyataan Jokowi tentang Capres nomor urut 2 yang kelihatan tidak percaya TNI, Prabowo, walaupun membantah tuduhan Jokowi, dengan penuh percaya diri, ia mengatakan bahwa dirinya lebih TNI dari banyak TNI.
Pernyataan Prabowo ini tidak tanpa konsekuensi. Prabowo, menurut hemat saya, lebih percaya diri daripada percaya TNI. Persoalannya ialah perdebatan yang sedang digeluti dalam Debat Capres keempat itu, tema pertahanan menjadi salah satu tema yang dipilih.
Lain hal kalau perdebatan itu terkait dengan tema psikologi perkembangan pribadi, maka pernyataan Prabowo itu menjadi sesuatu yang sangat diperhitungkan.
Capres  Petahana Jokowi menegaskan bahwa dirinya percaya pada TNI karena ia sendiri melihat dan menyaksikan bagaimana TNI membangun pertahanan, walaupun Prabowo mengklaim bahwa Jokowi kurang mendapat informasi yang kredibel dari para bawahannya. Klaim prabowo - lantas diikuti dengan pernyataan dirinya yang lebih TNI dari banyak TNI.
Saya menafsir pernyataan Prabowo ini dari perspektif konsekuensi. Ada dua konsekuensi yakni konsekuensi positif dan konsekuensi negatif.
Dari sudut pandang konsekuensi positif, pernyataan prabowo merupakan suatu sikap percaya diri yang luar biasa. Catatan Prabowo tentang kelemahan TNI, tentu menjadi input bagi TNI dan seluruh masyarakat Indonesia.
Dari sudut pandang konsekuensi negatif, pernyataan prabowo ini, kelihatan lebih percaya diri daripada percaya TNI, sementara untuk mengatasi pertahanan nasional, tidaklah cukup dan tidaklah memadai kalau hanya dengan percaya diri, tanpa percaya seutuhnya tugas itu kepada TNI, apalagi kalau kelak dirinya kemudian menjabat sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Â
Pernyataan Prabowo bahwa dirinya lebih TNI dari banyak TNI, di satu sisi menimbulkan berbagai kontroversial. Walaupun sebelumnya, mantan perwira TNI itu mengungkapkan bahwa ia TNI dan mempertaruhkan nyawa di TNI.
Kalau mau "dibilang" Prabowo mengundurkan diri atau dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat atau diberhentikan dengan hormat dari TNI, lantas bagaimana dengan pernyataan bahwa dirinya lebih TNI dari banyak TNI? Apakah ada maksud bahwa dengan pernyataan seperti itu, Prabowo ingin menegaskan bahwa hanya dirinyalah yang mengalami demikian?
Kalau mau "dibilang" Prabowo pernah terlibat dalam kasus pelanggaran HAM semasa ia masih aktif sebagai TNI, apakah itu yang mau dimaksudkan dengan dirinya lebih TNI dari banyak TNI? Dan itu berarti TNI lainnya kurang terlibat dalam upaya pertahanan nasional sekalipun melanggar HAM?
Kalau mau "dibilang" Prabowo adalah salah satu tokoh yang masuk dalam jajaran kaum elit apakah itu yang mau dimaksudnya dengan dirinya lebih TNI?
Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas dapat saja muncul dalam benak publik. Problem berikutnya ialah kalau memang pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang kini secara diam-diam digeluti oleh publik, maka sangat berkosenkuensi pada elektabilitas Prabowo.
Publik bisa saja menilai bahwa pernyataan Prabowo ini merupakan bentuk kekecewaannya dirinya terhadap TNI dalam status sebagai mantan perwira TNI. Bahkan pada titik paling ekstrim, pernyataan Prabowo ini bisa dinilai sebagai suatu sikap meremehken TNI dan bahkan anti TNI.
Memang dalam formulasi kalimat, secara eksplisit, tidak ada kata meremehkan apalagi anti TNI. Tetapi berbagai penafsiran dapat saja muncul mengingat bahwa situasi sekarang berada dalam upaya tiap warganegara untuk memperjuangkan paket dijagokannya.
Tentu, secara epistemik, tidaklah benar bahwa pernyataan Prabowo dilebih-lebihkan tetapi tidak dapat dihindari kenyataan bahwa pasca pernyataan Prabowo yang dinilai kontroversial itu, bisa saja muncul pihak lain yang bertarung memperkeruh suasana untuk meraup keuntungan bagi dirinya, bagi timnya atau bagi paket yang dijagokannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H