Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas dan Politisasi Agama Menciderai Demokrasi

27 Oktober 2018   22:00 Diperbarui: 11 November 2018   07:25 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat Pemuda yang bernyala-nyala yang menenkankan semangat berbangsa, bertumpah darah dan berbahasa merupakan bagian integral dalam diri setiap masyarakat Indonesia. Dengan adanya sumpah pemuda tersebut mau menunjukan nilai-nilai nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme bagi bangsa kita ini harus menjadi suatu yang bersifat evidensial, yang dapat membuktikan kepada bangsa ini nilai-nilai demokrasi dalam melaksanakan pemilu.

Secara keseluruhan yang menjadi keprihatinan dan sorotan untuk kita adalah sikap demokratis dalam berpolitik tanpa menggunakan strategi politik yang bernuansa identitas. Gaya berpolitik tersebut memang efektif dan nyaman bagi para politikus untuk mendapatkan keuntungan suara secara "instan". Instan yang dimaksudkan di sini ialah suatu cara yang dilakukan dengan gampang tanpa melihat resiko atau konsekuensinya. Sikap instan inilah yang menjadi pola permainan politikus dalam berolitik dewasa ini, khususnya di Negeri kita ini.

Politik identitas dan politisasi agama kini hadirnya menjadi serangan terhadap politik kita saat ini. Dua-duanya ditempuh semata-mata untuk saling meruntuhkan antar dua kubu politik. Sadar atau tidak, sikap dan cara ini menimbulkan suatu bahwa baru yakni terciptanya sekat-sekat politik.

Sekat-sekat tersebut tercipta karena perbedaan pola pikir tentang calon pemimpin yang dikampanyekan lewat politik identitas tersebut. Fenomen seperti ini menciptakan juga suatu kecemasan baru yang dapat menimbulkan disintegrasi sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu, yang perlu diubah dalam berpolitik adalah mentalitas tanpa menggunakan berbagai strategi yang menggangu image berpolitik.

Politik merupakan wadah yang suci karena membawa aspirasi rakyat. Aspirasi rakyat itulah yang menjadi tugas pemerintah untuk menunjukkan sikap dan tanggapannya terhadap rakyat. Sebab pemerintah adalah representasi dari rakyat dan oleh sebab itu segala sesuatu harus berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam mewujudkan pemerintah yang demokratis.

Pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang mampu memperjuangkan hak-hak rakyat. Sistem demokrasi yang berlandaskan Pancasila inilah yang harus diterapkan dalam pesta demokrasi tahun 2019, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Penulis : Fr. Peter Thaal (Mahasiswa Semester Satu Fakultas Filsafat Unwira Kupang)

Editor : Yudel Neno

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun