Sekali waktu, saya bertanya," Bai Uskup, bagi untuk kami tips umur panjang". Beliau menjawab, "Berpikir positif, jaga pola hidup, dan hayatilah spiritualitas Simon dari Kirene," tandasnya.
Ada begitu banyak pengalaman lain yang tentunya tidak selesai untuk diceritakan.
- Uskup Topi Merah atau Peci Merah : Ada sebuah peci merah yang selalu saja dipakai. Begitu akrabnya beliau dengan umat Keuskupan Atambua yang selalu mengenakan peci merah ketika melakukan kunjungan-kunjungan kegembalaan, akhirnya beliau dijuluki sebagai Uskup Topi Merah. Terdapat beberapa kasus kericuhan yang serius di Keuskupan Atambua, dalam tempo waktu yang diupayakannya (singkat), persoalan-persoalan menjadi tenang karena "Topi Merah turun tangan".
- Uskup Rakyat Kecil; Sebagai Uskup, dalam menjalankan khalwat 3-BER (Berpendidikan-Berpengaruh-Berkedudukan), beliau mendekatkan diri dengan rakyat kecil, membantu mereka untuk menyadari persoalan mereka dan kemudian membantu mereka untuk menemukan solusi sendiri. Selama Khalwat 3-BER, beliau duduk bersama rakyat kecil bahkan di tanah. Mungkin karena di tanah lebih banyak "orang kecil" daripada di atas panggung lebih sedikit "orang kecil."
- Uskup Sendal Jepit; Menunjukkan kesederhanaan beliau. Kesederhanaan dihayati dengan sungguh-sungguh agar dengan itu hanya memiliki Kristus sebagai satu-satunya kekayaan istimewah.
- Uskup Pengungsi; Memberi perhatian dengan semangat solidaritas Kristus serta dengan rasa empati kemanusiaan memperjuangkan nasib para pengungsi entah secara ekonomis maupun secara sosial. Â Â Â Â Â Â
Akhirnya
Hingga sekarang Mgr. Anton masih berdomisili di Pastoran SMK Bitauni. Saya masih ingat persis, sewaktu pamit pulang karena masa TOP telah usai, saya membawa sebuah selendang, selendang itu saya kalungkan kepada beliau sebagai tanda terima kasih saya dan saya pun memohon berkat dari beliau. Jujur waktu itu, saya merasa bangga karena pada momen akhir itu saya diberkati oleh Mgr. Anton.
Kita mendoakan beliau semoga ia tetap sehat, menjadi tokoh panutan bagi kita semua. Memoria ini merupakan hasil dari pengamatan saya dan data-data yang diberikan oleh Mgr. Anton sendiri selama saya masih menjalankan masa praktek di SMK Bitauni.
Ditulis oleh
Fr. Yudel Neno, di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang
Rabu, 17 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H