Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Memoria Inspiratif-Religius Bersama Mgr Anton Pain Ratu, SVD

18 Oktober 2018   00:26 Diperbarui: 19 Oktober 2018   06:37 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Sekali waktu, saya bertanya," Bai Uskup, bagi untuk kami tips umur panjang". Beliau menjawab, "Berpikir positif, jaga pola hidup, dan hayatilah spiritualitas Simon dari Kirene," tandasnya.

Ada begitu banyak pengalaman lain yang tentunya tidak selesai untuk diceritakan.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
          Dari semuanya, ada beberapa julukan terhadap Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Julukan-julukan itu sebagai berikut :
  • Uskup Topi Merah atau Peci Merah : Ada sebuah peci merah yang selalu saja dipakai. Begitu akrabnya beliau dengan umat Keuskupan Atambua yang selalu mengenakan peci merah ketika melakukan kunjungan-kunjungan kegembalaan, akhirnya beliau dijuluki sebagai Uskup Topi Merah. Terdapat beberapa kasus kericuhan yang serius di Keuskupan Atambua, dalam tempo waktu yang diupayakannya (singkat), persoalan-persoalan menjadi tenang karena "Topi Merah turun tangan".
  • Uskup Rakyat Kecil; Sebagai Uskup, dalam menjalankan khalwat 3-BER (Berpendidikan-Berpengaruh-Berkedudukan), beliau mendekatkan diri dengan rakyat kecil, membantu mereka untuk menyadari persoalan mereka dan kemudian membantu mereka untuk menemukan solusi sendiri. Selama Khalwat 3-BER, beliau duduk bersama rakyat kecil bahkan di tanah. Mungkin karena di tanah lebih banyak "orang kecil" daripada di atas panggung lebih sedikit "orang kecil."
  • Uskup Sendal Jepit; Menunjukkan kesederhanaan beliau. Kesederhanaan dihayati dengan sungguh-sungguh agar dengan itu hanya memiliki Kristus sebagai satu-satunya kekayaan istimewah.
  • Uskup Pengungsi; Memberi perhatian dengan semangat solidaritas Kristus serta dengan rasa empati kemanusiaan memperjuangkan nasib para pengungsi entah secara ekonomis maupun secara sosial.           

Akhirnya

Hingga sekarang Mgr. Anton masih berdomisili di Pastoran SMK Bitauni. Saya masih ingat persis, sewaktu pamit pulang karena masa TOP telah usai, saya membawa sebuah selendang, selendang itu saya kalungkan kepada beliau sebagai tanda terima kasih saya dan saya pun memohon berkat dari beliau. Jujur waktu itu, saya merasa bangga karena pada momen akhir itu saya diberkati oleh Mgr. Anton.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Beliau juga masih memimpin misa hari Minggu pada beberapa tempat di Paroki Kiupukan dan masih berkotbah dengan semangat. Hingga sekarang beliau telah memasuki usia ke-89.

Kita mendoakan beliau semoga ia tetap sehat, menjadi tokoh panutan bagi kita semua. Memoria ini merupakan hasil dari pengamatan saya dan data-data yang diberikan oleh Mgr. Anton sendiri selama saya masih menjalankan masa praktek di SMK Bitauni.

Ditulis oleh

Fr. Yudel Neno, di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang

Rabu, 17 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun