Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Martabat Manusia Dalam Terang Pilihan Allah Pada Bunda Maria

6 Oktober 2018   11:00 Diperbarui: 6 Oktober 2018   12:20 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

**Fr. Yudel Neno, S.Fil.**

*Alumnus Fakultas Filsafat Unwira Kupang

Gereja Katolik dalam perjalanan sejarah memberi penghormatan yang khusus kepada Bunda Maria. Dalam rangka penghormatan yang khusus inilah bulan Mei dan bulan Oktober ditetapkan. Bulan Mei ditetapkan sebagai bulan Maria oleh Paus Paulus VI melalui ensikliknya yang berjudul the Month of Mary. Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario oleh Paus Leo XIII pada 1 September 1883 melalui ensikliknya yang berjudul Octobre Mense.

Bulan Mei sebagai bulan Maria diawali dengan tanggal  Satu Mei. Merenungkan jasa Bunda Maria dalam sejarah keselamatan umat manusia, saya ingin mengajak anda untuk merefleksikan pula momen Satu Mei ini sebagai Hari Buruh (May Day). Lantas kita bertanya apa hubungannya dengan bulan Maria?

Yang pertama, pilihan Allah jatuh pada Bunda Maria sebagai gadis desa waktu itu adalah suatu kenyataan bahwa manusia berharga di mata Allah, sebagaimana manusia amat baik adanya seusai ia diciptakan. Lebih dari itu, Allah adalah sosok yang berpihak pada kesederhanaan. KemegahanNya sebagai Allah justru terealisasi melalui kesederhaan manusia.

Dengan demikian, memperjuangkan nasib orang miskin, orang yang terpinggirkan, orang yang serba kekurangan dan orang yang tertindas merupakan suatu usaha partisipasi kita dalam cara Allah untuk menyelamatkan mereka yang lemah  sebagaimana Allah menyelamatkan kita melalui PuteraNya yang terkabulkan karena sikap pasrah total Bunda Maria menerima tawaran Allah.

Yang kedua, sikap pasrah total Bunda Maria ketika mendengarkan tawaran Allah melalui Malaikat  Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus merupakan ekspresi iman serentak ekspresi kemanusiaan yang menunjuk jelas pada karya Agung Allah yang Mahabesar terhadap umat manusia justru karena Ia telah menciptakannya.

Di sini, sebagai umat kristiani, dalam Bulan Maria ini, kita memasrahkan segala rencana dan perjuangan kita pada Allah agar dimurnikan dari segala tendensi penindasan, korupsi dan kekerasan. Atas cara ini, martabat kita makin agung dan Allah makin dimulikan karena apa yang diperjuangkan sesuai dengan kehendakNya.

Sangatlah menarik untuk merenungkan ungkapan iman Bunda Maria yakni terjadilah padaku menurut perkataanMu. Ungkapan ini merupakan suatu penegasan yang menunjuk jelas pada besarnya kuasa Allah dan betapa kecilnya manusia di hadapan kebesaran Allah. Sekiranya kita paham bahwa martabat kita adalah pengakuan akan kekecilan kita di hadapan Allah.

Sebenarnya tak ada satu pun manusia yang dapat memegahkan diri di hadapan Allah selain kenyataan bahwa kemegahan itu merupakan suatu ekspresi bahwa kita dikasihi Allah.

Yang ketiga, pilihan Allah pada Bunda Maria merupakan jalan bagi umat manusia untuk berpihak pada nasib orang banyak khususnya kaum miskin dan kaum tertindas.

Di sini, rahmat Allah berkarya melalui mereka yang sungguh membaktikan diri pada Allah dan menurut kehendak Allah. Tak ada satupun perjuangan yang berkenan di hadapan Allah dan berkanjang dalam cinta Allah jika perjuangan itu meremehkan martabat manusia.

Sekiranya kita paham bahwa sikap pasrah total Bunda Maria merupakan suatu penegasan akan martabat manusia yang hanya layak di hadapan Allah jika menurut dan menuruti kehendakNya. Sikap ini juga menunjuk pada suatu ekspresi iman yang mudah mendatangkan rahmat kalau kita melepaskan segala kepentingan diri kita dan lebih membaktikan diri untuk kepentingan umum dan kesejahteraan bersama.

Kini, umat Katolik sedang berada dalam lingkaran bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Disebut bulan Rosario karena pada bulan ini, Bunda Maria dihormati secara khusus dengan salah satu devosi yang khusus pula yakni Doa Rosario.

Di setiap Kelompok Umat Basis (KUB), di lembaga-lembaga pendidikan Katolik, kita temukan Doa Rosario dilakukan bergilir dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Ziarah-ziarah rohani dilaksanakan pada tempat-tempat khusus (gua-gua Maria).

Semasa menjalankan Praktek Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di SMK Katolik St. Pius X Insana, saya menyaksikan betul begitu banyak kegiatan ziarah oleh umat dari berbagai penjuru di Timor ini. Walaupun beberapa kali saya temukan bahwa dimensi rekreatifnya jauh lebih nampak daripada niat tulus untuk berziarah.

Tentang Ziarah ini, Paus Benediktus XVI pernah mengatakan bahwa berziarah bukan soal tentang tempat yang kita kunjung itu indah atau tidak; bukan soal orang banyak atau tidak; bukan soal bawa apa atau tidak; bukan soal penampilan menawan atau tidak; bukan soal jarak dekat atau tidak. Berziarah adalah pengalaman mendekatkan diri pada Allah dan mengalami Allah dengan mengunjungi tempat-tempat yang khusus, berbakti dengan cara-cara yang khusus, menjalin persaudaraan iman yang khusus, sebagaimana Allah selalu membuktikan mukjizatNya pada tempat-tempat khusus serentak merenungkan pengalaman St. Bernadetha di Lourdes sebagai pengalaman iman yang menarik.

Di sini, Doa Rosario dan berbagai ziarah yang dilakukan perlu dipahami dan dihayati dalam arti bahwa Allahlah yang sesungguhnya berkenan kepada kita sebagaimana pada mulanya Ia telah berkenan memilih Bunda Maria melalui Malaikat Gabriel untuk mengandung dan melahirkan PuteraNya yang Kudus.

Dengan demikian, penghormatan secara khusus yang diberikan kepada Bunda Maria pada bulan Oktober sebagai bulan Rosario ini merupakan sebuah penegasan identitas kemanusiaan Bunda Maria dan kemanusiaan para umat beriman bahwa kita berkenan di hadapan Allah. Doa dan ziarah yang kita lakukan memang untuk memuliakan Allah tetapi kemuliaan itu tidak datang dari manusia melainkan dari Allah sendiri.

Allah yang mulia itu, pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada Sang Bunda sebagai gadis desa yang sederhana. Dengan ini, kita tahu bahwa Allah pun berpihak pada kemanusiaan umat beriman kalau pola hidup dan pola laku dalam hidup dan karya sehari-hari merupakan suatu realisasi komitmen untuk menjadikan Allah sebagai kekuatan dan kehidupan yang mewarnai dan menggenapi seluruh situasi hidup umat manusia.

*Penulis tinggal di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun