Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riwayat Hidup Mama Martha Sonbay

31 Januari 2018   10:52 Diperbarui: 31 Januari 2018   10:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 12 Oktober 1952, Noemuti gegap gempita karena lahirnya seorang bayi cilik, buah hati Sonbay. Supaya bayi itu dikenal dengan namanya, ia diberi nama Martha Sonbay. Kebahagiaan ini tentunya lebih dirasakan oleh sepasang kekasih Bpk. Karlus Haumetan dan Mama Theresia Maria Sonbai.

Mama Martha Sonbai Tamat dari SKP Atambua. 

Memasuki usia remaja, hati mulai berbunga-bunga, surat-menyurat berbalas-balasan bersyairkan pantun-pantun cinta, mama Martha akhirnya

menikah dengan Alm. Bapak Nikodemus Meol di Noemuti pada tahun 1972.

Setelah menikah, dikaruniakan 5 orang anak

1. Maria Meol dengan suami Goris Bani, memiliki lima orang anak (Ika Bani, Occi Bani, Tory Bani, Ledy Bani dan Mario Bani)

2. Alm. Bonifasius Meol

3. Emanuel Meol dengan istri Mama Goreti Nailape dengan tiga orang anak (Mita Meol, Sandra Meol Deril Meol)

4. Alm. Maximus Meol

5. Elfira Meol dengan suami Gusti Nono dengan dua orang anak (Aurel Nono dan Aril Nono)

Dengan dua anak angkat

1. Alm.Selfina Meol

2. Donisius Nali

Mama Marta adalah sosok yang sangat rendah hati. Ia murah senyum dan setia melayani. Dari Nenek Marta, saya belajar apa arti kekuatan ketulusan dalam melayani. Ia adalah sosok penyayang bagi anak-anak dan cucu-cucunya. Ia juga adalah sosok yang flexibell untuk bercanda bersama.Kepandaiannya dalam memenajemen rumah tangga pun luar biasa. 

Manusia boleh merencanakan namun Tuhanlah yang menentukan. Pada Sabtu, 27 Januari 2018, Mama Martha menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Kefamenanu. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pernyataan Santo Paulus, Bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah Keuntungan. Dalam terang iman, kita yakin bahwa hidup ini hanyalah diubah bukannya dilenyapkan.

Selamat jalan sdri tercinta.

Selamat jalan mama tercinta.

Selamat jalan nenek tercinta.

Kami mencintaimu tetapi Tuhan lebih mencintaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun