Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Thomas Nesi : Pada mulanya Allah telah "Berpihak" pada Seorang Wanita

3 November 2017   19:20 Diperbarui: 7 Desember 2017   23:55 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci dari dialog antara subyek dengan subyek terletak pada kebebasan untuk: berekspresi dan berpendapat. Adanya dialog antar pribadi mengandaikan adanya kepercayaan pada sesama. Dengan kebebasannya setiap pribadi mampu mengekspresikan kreativitasnya untuk mencipta dan mengembangkan dunia. Dan pemikiran yang kreatif memampukan seseorang mengubah dunia. Komunikasi dialogis ini haruslah berakar dari rasa tahu diri dalam kerendahan hati -- dan selalu menyertakan cinta kasih. Karena cinta yang kreatif terarah pada kehidupan. Buah dari cinta adalah hidup dan keselamatan.

Penutup

Secara konseptual, semua pihak entah secara pribadi maupun kelompok mengakui dan menyakini bahwa harkat dan martabat manusia (laki-laki dan perempuan) adalah sama. Inilah kebenarannya. Tidak ada suatu keistimewaan kodrati dan adikodrati yang terberi hanya kepada laki-laki atau perempuan yang sekaligus membedakan harkat dan martabat keduanya. Manusia (laki-laki dan perempuan) di hadapan Allah menyandang predikat yang satu dan sama yakni sebagai mahkota ciptaan. Laki-laki dan perempuan adalah adalah gambaran Allah (Imago Dei) yang nyata di dunia.

Fakta adanya diskriminasi gender dalam bentuk tindakan-tindakan penganiayaan dan perendahan martabat manusia yang anti dialog, hanyalah penyimpangan (deviasi) dan pengingkaran terhadap proyek humanisasi. Dehumanisasi adalah kekurangan dari humanisasi. Diskriminasi bukanlah karunia yang terberi melainkan kesalahan dan kekeliruan memahamai kemanusiaan dalam ada-nya manusia itu sendiri. Manusia (laki-laki dan perempuan) dipanggil dan dituntut untuk mampu melihat situasi batas dehumanisasi agar secara berani keluar dari kotak nalar biasa tapi salah,serta memperjuangkan dan mempertahankan humanisasi. Mari memanusiakan manusia!*

*Sumber Bacaan :

  • Kitab Suci Deuterokanonika
  • R. Hardawiryyana, SJ. Penerj., Dokumen Konsili Vatikan II.Obor : Jakarta, 2012
  • Dr. C. Groenem, OFM.,Mariologi: Teologi Dan Devosi. Kanisius : Yogyakarta,1908
  • Dr. Mudji Sutrisno,SJ., Humanisme, Kritik, HumanisasiObor:Jakarta,2001
  • Scort Daridson, Hak Asasi Manusia.PT. Pustaka Utama Grafiti : Jakarta,1994.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun