Mohon tunggu...
Frenia Nababan
Frenia Nababan Mohon Tunggu... -

a citizen who loves her country

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Pancasila bukan Dasar Negara

13 Agustus 2010   19:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

65 tahun sudah Indonesia-ku merdeka.

Inilah hasil dari PANCASILA kita

PANCASILA

Satu:

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Hasilnya:

Asap gelap memenuhi

Di antara tangis dan jerit anak manusia

Pekak telinga nyaris tuli

Di antara mereka yang tertawa bersulang kemenangan

Duapuluh sekian,seratus sekian,ditambah sembilan

Itu jumlah korban.

Mungkin kau memang merasa benar

Tapi ada yang hendak ku tanyakan padamu di dalam diam

Mungkinkah kebenaran dapat didirikan diatas ketidakadilan?

Ketika mereka yang pergi tidak tahu untuk apa mereka menjadi korban.

Benarkah kau dapat bersulang dalam meriah tawa?

Ketika mendengar jerit seorang anak manusia yang tidak juga kunjung mengerti kenapa ayahnya harus terbakar.

Dan bisakah kedamaian yang kau inginkan akan tercapai?

Bila semakin banyak orang yang menghujat dan membuatmu semakin terpinggir.

Dan

Maukah Tuhan Yang Maha Esa menerima?

Doa yang dialasi darah dan airmata apapun alasan pembenarannya.

Jawablah ini bila kau dengar hatimu bertanya.

Karena ini sudah yang ketiga kali tapi aku tak juga kunjung mengerti.

Untuk apakah sebenarnya semua ini?

Dibuat di Jakarta,9 sept 04

Hari ketika bom meledak di kuningan.

(oleh: Frenia Nababan)


Kondisi Indonesia saat ini, menurut Soemarno, serupa yang dikhawatirkan Mahatma Gandhi tentang tujuh dosa yang mematikan. Meliputi: berkembangnya nilai dan perilaku budaya kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, agama tanpa pengorbanan. (ST SULARTO. Kesalehan Sosial Bangkrut. dari http://cetak.kompas.com/read/2010/08/10/04112513/kesalehan.sosial.bangkrut)

Dua:

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Hasilnya:


Kami akan rehat sejenak ketika saya melihat banyak polisi berjaga di sekitar ruang gedung pertemuan. Firasat saya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Segera saya minta para peserta membawa makanan dan minuman mereka ke dalam dan beristirahat di dalam ruangan. Benar saja, tidak lama kemudian, ada belasan orang yang menyerbu masuk ke dalam ruangan dan melemparkan piring dan cangkir,” ucap Ketua Forum Komunikasi Waria DKI Jakarta Nancy Iskandar dalam keterangan pers di Komnas HAM.

diambil dari: ( Diklat HAM bagi Waria Dibubarkan Ormas. diambil dari: http://cetak.kompas.com/read/2010/05/01/04332566/.diklat..ham.bagi..waria.dibubarkan.ormas)

Tiga :

PERSATUAN INDONESIA

Hasilnya:


When we decided to go home, the FPI masses hunted down and hit us. The situation was in chaos.... I saw by myself a housewife was being beaten up by them,” Hendrik said.

Dozens of church followers were wounded. “Most of the victims were housewives,” he said. Several minutes after the attack the FPI masses dispersed themselves.

diambil dari: (FPI attacks HKBP church members in Bekasi.The Jakarta Post, Jakarta. dari : http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/08/fpi-attacks-hkbp-church-members-bekasi.html )

Empat :

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN

Hasilnya:


Kita tidak berharap negara ini hanya menjadi panggung ketoprak humor yang ”wagu” dan tidak lucu, tempat para anggota Dewan—yang bergaji Rp 1, 9 juta per hari itu—memamerkan kepiawaian seni lakon (acting) demi entertainment politik yang melelahkan dan membosankan.

Teater sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat jauh lebih konkret, spektakuler, dan dramatis; sebuah teater yang muncul dari berbagai kegagalan kebijakan pemerintah terkait hak-hak dasar publik. Teater bertajuk ”Penderitaan Tiada Batas” ini berlangsung dalam setiap tarikan napas rakyat, terutama rakyat jelata.( Indra Tranggono.Martabat Wakil Rakyat . dari : http://cetak.kompas.com/read/2010/08/03/03090047/martabat.wakil.rakyat)

Lima :

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Hasilnya:


Jabatan publik bukan amanah, tetapi kenikmatan. Politik uang telah semakin membuat para elite kedap terhadap keprihatinan dan penderitaan rakyat. Rakyat dan para elitenya mempunyai dunia masing-masing dan bertolak belakang. Rakyat bergulat dengan kesulitan hidup, elite politik sibuk berbagi kuasa dan saling melindungi kepentingan kekuasaan mereka.( J Kristiadi.Pusaran Kutukan Politik Uang.Selasa, 10 Agustus 2010 | 04:06 WIB. http://cetak.kompas.com/read/2010/08/10/0406521/pusaran.kutukan.politik.uang)

Dengan segala data, opini dan fakta...

Saya hanya hendak bertanya,

Masih ada-kah manusia Indonesia yang meletakkan Pancasila di dasar hatinya?

Benarkah PANCASILA dasar negara?

Apabila justru aparat-aparat negara yang menjadi garda terdepan pelanggar sila-silanya.

Mari kita mengulang memaknai Pancasila sebagai dasar negara.

Mungkin dengan itu kita dapat kembali menemukan akar bangsa

atau makna dari menjadi Manusia Indonesia.

AYO MERDEKA!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun