Setiap masyarakat tentunya menginginkan untuk dapat hidup secara nyaman, aman, dan tenteram dimana hal tersebut menjadi sebuah sasaran risiko. Akan tetapi karena erupsi Gunung Semeru tersebut menyebabkan masyarakat menjadi tidak dapat memenuhi sasaran tersebut. Hal ini tentunya disebabkan karena adanya kejadian risiko yaitu Erupsi Gunung Semeru yang mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat.
Erupsi Gunung Semeru pun tentunya memiliki akar penyebab dimana hal tersebut dinyatakan dalam inews.id sebagai berikut :
Dia menjelaskan, ada tiga penyebab Gunung Semeru meletus. Pertama karena volume di dapur magma gunung Semeru sudah penuh. Kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma. Penyebab gunung Semeru yang ketiga ternyata tak dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Mengapa? "Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban," ujar dia. (inews.id)
Lantas, bagaimana dengan gejala terjadinya erupsi Gunung Semeru tersebut atau dapat disebut sebagai Indikator Risiko. Menurut news.detik.com menyatakan bahwa :
BNPB menjelaskan detik-detik terjadinya erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur (Jatim). BNPB menyebut erupsi tersebut diawali getaran yang dirasakan oleh masyarakat. "Kronologisnya ada informasi masuk, getaran pukul 14.47 WIB," ucapnya. Pada pukul 14.50 WIB, masyarakat dan para penambang di aliran DAS Mujur dan Curah Kobokan diminta naik. Pada pukul 15.10 WIB, katanya, petugas di pos pengamatan Gunung Semeru menyatakan ada guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan. (news.detik.com)
Adapun faktor positif atau control yang telah dilakukan terkait erupsi Gunung Semeru tersebut yakni adanya peringatan dini yang disampaikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Selain itu, dampak kualitatif yang terjadi seperti hilangnya harta benda, hilangnya korban jiwa, dan sebagainya.
ANALISIS RISIKO
Erupsi Gunung Semeru tersebut memiliki dampak yang sangat besar dan signifikan sehingga dalam analisis risiko dapat dinyatakan dengan skor 5 yang artinya sangat berat. Hal ini disesuaikan dengan dampak yang ditimbulkan seperti banyaknya korban jiwa, penduduk yang luka-luka, kerusakan infrastruktur dan harta benda, dan sebagainya.
Akan tetapi, jika dilihat dari probabilitas terjadinya erupsi Gunung Semeru ini dapat dikategorikan pada tingkat sedang yaitu dengan skor 3. Hal ini dikarenakan bencana erupsi gunung cukup jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi dalam beberapa tahun sekali. Selain itu, juga dapat dilihat dari riwayat erupsi Gunung Semeru pada tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan dampak risiko yang ditimbulkan beserta dengan probabilitas terjadinya kejadian risiko erupsi Gunung Semeru tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa erupsi Gunung Semeru tergolong pada tingkat Extreme High Risk. Selain itu, dampak finansial yang ditimbulkan atas erupsi Gunung Semeru ini juga ditafsirkan mencapai Miliaran Rupiah.
PEMILIK RISIKO
Pemilik Risiko atau disebut juga Risk Owner merupakan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya suatu risiko dimana dalam kasus ini adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap risiko erupsi Gunung Semeru. Risk Owner atas kejadian risiko tersebut adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Hal ini dikarenakan mereka merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam memonitor dan memberikan peringatan dini atas kejadian risiko tersebut.