Mohon tunggu...
Fransiskus Frengki Pareira
Fransiskus Frengki Pareira Mohon Tunggu... Lainnya - NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Satire Keadilan Pajak dan Korupsi

6 Juli 2024   11:35 Diperbarui: 6 Juli 2024   11:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satire Keadilan Pajak dan Korupsi

Di atas meja marmer mewah,

Para penentu nasib berdiskusi,

Mengelabui dengan janji indah,

Sementara rakyat hanya bisa berbisik sunyi.

Di gedung tinggi berwarna gading,

Duduklah mereka yang terhormat,

Dengan senyum lebar penuh makna,

Mengatur peta pajak negara.

Keadilan kata mereka, tak ada yang luput,

Namun di balik pintu, ada tipu muslihat,

Dana rakyat mengalir ke saku,

Membuat janji mereka jadi debu.

Pajak adalah kewajiban, tegas suara di mimbar,

Namun kenapa mereka bisa tidur nyenyak,

Di saat rakyat kecil terhimpit beban,

Menjadi korban aturan yang longgar dan samar.

Korupsi tumbuh di taman bunga keadilan,

Mekar indah di antara retorika,

Menjalar cepat di setiap lini,

Makan akar hukum yang seharusnya suci.

Janji keadilan hanya jadi ilusi,

Dalam parade pidato dan selebrasi,

Korupsi tertawa di balik layar,

Sementara rakyat terjebak dalam keputusasaan.

Pajak untuk pembangunan, mereka nyatakan,

Namun lihatlah, jalan yang rusak tak tersentuh,

Sekolah-sekolah roboh tanpa perbaikan,

Semua hilang dalam kantong para serakah.

Keadilan pajak, ah, betapa indahnya kata,

Namun di tanah ini, sering jadi ejekan,

Korupsi berdansa di lantai marmer,

Meninggalkan rakyat dalam kemiskinan dan lapar.

Di taman harapan, rakyat menanam mimpi,

Namun hama korupsi datang menggigit,

Keadilan yang dijanjikan, hanya angan di siang hari,

Rakyat menunggu, kapan keadilan sejati akan terbit?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun