Satire Keadilan Pajak dan Korupsi
Di atas meja marmer mewah,
Para penentu nasib berdiskusi,
Mengelabui dengan janji indah,
Sementara rakyat hanya bisa berbisik sunyi.
Di gedung tinggi berwarna gading,
Duduklah mereka yang terhormat,
Dengan senyum lebar penuh makna,
Mengatur peta pajak negara.
Keadilan kata mereka, tak ada yang luput,
Namun di balik pintu, ada tipu muslihat,
Dana rakyat mengalir ke saku,
Membuat janji mereka jadi debu.
Pajak adalah kewajiban, tegas suara di mimbar,
Namun kenapa mereka bisa tidur nyenyak,
Di saat rakyat kecil terhimpit beban,
Menjadi korban aturan yang longgar dan samar.
Korupsi tumbuh di taman bunga keadilan,
Mekar indah di antara retorika,
Menjalar cepat di setiap lini,
Makan akar hukum yang seharusnya suci.
Janji keadilan hanya jadi ilusi,
Dalam parade pidato dan selebrasi,
Korupsi tertawa di balik layar,
Sementara rakyat terjebak dalam keputusasaan.
Pajak untuk pembangunan, mereka nyatakan,
Namun lihatlah, jalan yang rusak tak tersentuh,
Sekolah-sekolah roboh tanpa perbaikan,
Semua hilang dalam kantong para serakah.
Keadilan pajak, ah, betapa indahnya kata,
Namun di tanah ini, sering jadi ejekan,
Korupsi berdansa di lantai marmer,
Meninggalkan rakyat dalam kemiskinan dan lapar.
Di taman harapan, rakyat menanam mimpi,
Namun hama korupsi datang menggigit,
Keadilan yang dijanjikan, hanya angan di siang hari,
Rakyat menunggu, kapan keadilan sejati akan terbit?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H