Merdeka Belajar Itu Harus Sederhana
Tentang apa itu merdeka belajar, jujur kami hanya ngeh sepintas. Kami ngeh-nya, ini langkah maju dan luar biasa dari negara cq. pemerintah.
Kita sering mendengar kisah, zaman dulu siswa/murid/cantrik tuh belajarnya serius. Bahkan biasanya mereka meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama, untuk berguru kepada brahmana, pendeta, kyai, bikkhu, atau siapapun. Intinya guru.
Kita enggak mendengar istilah kurikulum. Seperti enggak ada atauran dan batasan waktu. Namun kita sering mendengar istilah disiplin dan konsistensi berguru dalam segala kisah masa lalu.
Hingga kemudian Ki Hajar Dewantara menyempurnakan semuanya. Alih-alih menggunakan kata madrasah yang ngarab atau sekolah yang ngelandha, Ki Hajar Dewantara menggunakan tajuk perguruan. Guru sepertinya menjadi sentra dalam konteks ini. Dengan konsepsinya yang menurut kami sudah sempurna sepanjang masa: ing ngara sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Bersentra pada guru, dan berkonsepsi tersebut, sepertinya inilah pegangan pendidikan sepanjang zaman.
EksperimentalÂ
Saat kami kecil, pada era '80-an, sekolah adalah kegiatan yang menyenangkan kala itu. Semua generasi masa itu pasti ingat "Ini Budi".
Bersaudara Wati, Budi, dan Iwan adalah cerminan anak bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Yang belajar menuntut ilmu, yang berbakti kepada orang tua, yang mencintai alam-lingkungan dan hirau kondisi sekitar, dan yang tetap bermain. Bermain yang benar, adalah (merdeka) belajar itu sendiri.
Fase mahasiswa, saya mulai memahami, bahwa mencari ilmu dengan mencari nilai formal, itu berbeda ternyata. Mahasiswa yang kaya pengalaman dan pengetahuan, belum tentu nilai kuliahnya bagus dan IPK-nya tinggi.
***
Yang bikin pening adalah saat si kecil udah sekolah. Di tingkat dasar, saban hari ia sibuk dengan jibunan tugas: mengisi LKS yang penuh rumus dan hafalan yang jumlahnya cukup banyak.