Bercermin dari kondisi beberapa pengendara motor yang -maaf- saya bahasakan "latah" di belakang saya itu, sebenarnya ini menunjukkan betapa mirisnya kondisi pengendara jalan raya di lalu-lintas kita.
Masih banyak pengendara yang kurang abai (aware) dan tidak kontinyu berkonsentrasi dengan situasi jalanan.
Apalagi pas di tikungan/belokan, di edalaman Kediri sini sangat jamak poll sekali, bahkan bisa dibilang pasti, semua motor yang belok kanan akan mepet kanan. Terutama di jalan perkampungan/bukan jalan raya utama. Bahkan seringkali kita yang harus mengalah karena ruas kita dikooptasi oleh pemotor yang belok kanan.
Padahal di ruas jalan itu pasti ada garis, entah garis marka atau garis virtual, yang membagi ruas jalan menjadi dua. Sebelah kiri (karena kita setir kanan/lajur kiri) adalah ruas kita, dan sebelah kanan adalah ruas milik pengendara dari arah berlawanan.
Sayangnya, hal esensial seperti ini hingga hari ini enggak pernah dijadikan perhatian serius untuk diatasi oleh kepolisian atau pihak berwenang/pemerintah.
Ini menyangkut dua hal sekaligus: teknis ketrampilan & keahlian berkendara (skill) dan mentalitas si pengendara. Ujung/akibat yang bisa jadi kroban dari semua fenomena (kekacauan mengemudi) ini adalah: ((tidak) terjaganya) nyawa kita.
IMHO CMIIW.
- Freema Bapakne Rahman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H