Mohon tunggu...
Isna R. Retnaningsih
Isna R. Retnaningsih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

write to feels better, read to know another, share for the best future | hope Allah always blessed us for our struggle

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini yang Akan Menjadi Sumber Energi di Masa Depan!

26 September 2017   11:32 Diperbarui: 26 September 2017   11:50 3279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Energi Baru dan Terbarukan memang cukup mencuri perhatian negara-negara dunia dalam menanggulangi krisis minyak bumi di masa depan dan menjadikannya sumber energi utama. Belum lagi orientasi menekan dampak pemanasan global, seolah EBT menjadi primadona solusi tuntas atas masalah pemanasan global. Apakah benar EBT mampu dijadikan sumber energi utama dengan dampak pemanasan global yang kecil yang efisien, affordable dan sustainable?. Saya rasa tidak. Mengapa?

Pasalnya, EBT memiliki kemampuan terbatas. Contohnya energi Air. Untuk membangun PLTA tidak bisa di sembarang tempat, harus ada waduk, sungai dan aliran air yang deras. Ketersediaannya bergantung pada air di daratan. Masalah ketersediaan air akan muncul manakala musim kemarau datang. Debit berkurang, imbasnya ke turunnya daya di PLTA. Belum lagi dampak ekosistem karena pembendungan. Meskipun demikian Energi Air bisa dibilang paling reliabel dibandingkan yang lainnya.

Selanjutnya energi panas bumi, dengan potensi Indonesia memiliki panas bumi terbesar dunia, maka apakah ini dikatakan luar biasa? Ternyata tidak, karena terbesar disini hanya berkisar 27 GW. Tetapi dengan jumlah ini bagaimana kalau hanya bertahan 5 tahun?

Bagaimana dengan bioenergi? Minyak yang dibuat dari tanaman jagung, singkong dan energi hewani lainnya. Jika memang dijadikan sumber energi utama, kita akan terbentur pada masalah luas lahan yang tak sedikit dan berpengaruh pada harga pangan.

Energi Surya dan Energi Angin

source : liputan6.com
source : liputan6.com
source : liputan6.com
source : liputan6.com
Kedua pilihan energi ini, meski ketersediaannya berlimpah, namun tidak bisa diandalkan karena sifatnya yang intermitten. Yakni tidak bisa supply daya 24 jam, tergantung kondisi iklim dan cuaca. Padahal kebutuhan listrik 24 jam nonstop. Meskipun ada alat penyimpanan energi ketika angin tidak berhembus atau matahari tak bersinar terang, namun biaya alat ini mahal sekali. Hargraves, peneliti energi, mengungkap biaya bisa mencapai minimal US$ 20 sen/kWh. Hal ini berimbas pada naiknya tarif listrik hingga dua kali lipat!

Secara teknis pun energi surya dan angin justru merepotkan. Karena daya yang dihasilkan tidak stabil, maka saat dihubungkan dengan grid lisrik dengan kapasitas tinggi justru membuatnya terjadi gangguan, bahkan rusak. Bukankah low emisi gas buang bagi Pemanasan Global? Belajar dari Negara Jerman, ternyata tidak. Karena kapasitasnya yang terbatas hanya 19% dan 11% waktu operasi, maka sisanya di-backup oleh gas dan batubara. Hingga Jerman menjadi penyumbang emisi gas karbon tertinggi di Eropa!

Melihat keterbatasan EBT jika dijadikan sumber Energi Utama, maka sudah seharusnya kita mengkaji ulang porsi EBT. Satu sisi memang reliabel, namun tak bisa dikatakan sustainable untuk ketahanan energi di masa depan.

Porsi EBT untuk Ketahanan Energi Bangsa di Masa Depan

Adalah penting menempatkan porsi yang tepat pada EBT dalam hal sumber energi bangsa, dan dengan tetap berusaha menemukan sumber energi yang lebih sustainable. Kita akan melihat politik energi Jerman yang menerapkan Energiwinde,yakni penghapusan total energi nuklir pada tahun 2035 dan penggunaan Energi Terbarukan. Hal ini bisa kita lihat dari tren peningkatan penggunaan energi sejak tahun 2000.

Bagaimana hasilnya? Ternyata langkah politik ini menimbulkan bencana baru. Harga listrik di Jerman naik drastis. Tahun 2015, tarif listrik perumahannya mencapa 31 sen/kWh jauh di atas rata-rata Eropa 26 sen/kWh. Dampak lainnya, pendapatan operator PLTU turun hingga 30%, subsidi membengkak untuk memenuhi kebutuhan listrik Energi Terbarukan yang tidak stabil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun