Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Studi Kasus Kebiasaan Minum Kopi antara Orang Jawa dan Timor Penting Dipelajari?

10 Oktober 2024   13:21 Diperbarui: 10 Oktober 2024   13:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi studi kasus kebiasaan minum kopi orang Jawa dan Timor. Sumber gambar: Kompas.com

Ngopi adalah satu dari sekian banyaknya tradisi warisan Belanda. Tradisi ngopi pun berkembang dan kini menjadi kebiasaan warga Indonesia dalam kesehariannya. Kendati demikian, tradisi ajakan ngopi antara orang Jawa dan Timor sangat berbeda.

Perbedaan itu terletak pada penggunaan simbol. Simbol atau tanda merupakan tradisi tertua yang ada di setiap kebudayaan nusantara.

Indonesia sangat kaya dengan keberagaman simbolnya. Dalam konteks ini, ajakan ngopi antara orang Jawa dan Timor.

Orang Timor dan Jawa setiap kali berkunjung ataupun menerima tamu, pastinya menyuguhkan secangkir kopi.

Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan simbol ajakan, proses penuangan kopi ke cangkir hingga kegiatan minum bersama.


Sebagai studi kasus, saya akan mengisahkan pengalamanku, ketika pertama kali berkunjung ke rumah salah satu Guru/tenaga pendidik Bahasa Jawa, yang berada di kota Batu, Malang Jawa Timur.

Sebagai orang Timor Indonesia, saya sudah terbiasa dengan satu kali ajakan kepada tamu, begitupun sebaliknya ajakan tuan rumah kepada saya untuk menikmati secangkir kopi hangat yang mereka sudah sediakan.

Kebiasaan tersebut, sangat paradoks atau berbanding terbalik, ketika etnis Jawa mengajak atau mempersilakan tamu untuk menikmati hidangan kopinya.

Di mana, orang Jawa biasanya mempersilakan tamu sebanyak tiga kali, sebelum menikmati kopi yang mereka sediakan.

Celakanya, saya bersama dengan beberapa teman yang kebetulan saat itu, kita berasal dari Timur Indonesia langsung menikmati sajian kopi yang tenaga pendidik atau guru bahasa Jawa tersebut tawarkan kepada kami, walaupun baru sekali ajakannya.

Selain itu, tanda atau simbol penuangan kopi ke cangkir antara orang Jawa dan Timor juga berbeda.

Orang Timor sudah terbiasa ketika menuangkan kopi ke cangkir dengan takaran penuh, alias rata mok dan gelas.

Sementara orang Jawa ketika menuangkan kopi ke cangkir tamu tidak akan penuh.

Bagi orang Timor yang pertama kali menemui persoalan tersebut, pastinya terlintas pikiran, bahwasannya tuan rumah adalah orang yang kikir atau pelit.

Hal demikian, berlaku juga bagi orang Jawa yang pertama kali menemui atau berkunjung ke rumah, kos, kontrakan dan ragam tempat penginapan orang Timor.

Di mana, ketika mereka (orang Jawa) melihat cangkir kopinya diisi penuh, entah pikiran negatif atau sejenisnya, saya pun tidak tahu.

Akan tetapi, satu hal yang sangat penting untuk kita perhatikan adalah baik orang Timor dan Jawa punya tradisi kearifan lokalnya yang berbeda, termasuk cara mengajak tamu untuk menikmati hidangan secangkir kopi sampai pada proses meminumnya.

Satu lagi perbedaan yang sangat mencolok antara orang Jawa dan Timor, ketika menikmati secangkir kopi adalah 'menghabiskan dan menyisahkan.'

Orang Timor Akan menghabiskan minuman secangkir kopi, sedang orang Jawa akan menyisahkan minuman kopi di gelasnya.

Kekayaan cara mengajak atau mempersilakan tamu, menyajikan secangkir kopi hingga menyelesaikan minuman kopi tersebut antara orang Jawa dan Timor memang berbeda.

Perbedaan tersebut merepresentasikan kekayaan budaya lokal termasuk pemaknaan dari setiap simbol Kebudayaan masyarakat Indonesia.

Mengapa Studi Kasus terkait Kebiasaan Minum Kopi antara orang Jawa dan Timor Penting Dipelajari?

Berdasarkan ulasan dari Prof. Deddy Mulyana selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus Penulis Buku 'Komunikasi Lintas Budaya,' bahwasannya tak dapat dibantah kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi dewasa ini telah memungkinkan manusia di berbagai penjuru dunia saling mengenal dan berhubungan dengan eratnya.

Kita orang Indonesia sering bertemu dengan orang yang berbeda budaya, baik dalam arti ras, suku, agama, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, atau sekadar usia yang berbeda.

Perspektif tersebut beriringan dengan hasrat pengembaraan kita di tanah rantau.

Di mana, dalam kehidupan harian, kita selalu berdampingan dengan kebudayaan lainnya.

Dalam konteks pembahasan ini hanya difokuskan pada kebudayaan orang Jawa dan Timor, terutama dalam kebudayaan ngopi.

Nah, sekiranya dengan membaca, berjejaringan lintas kebudayaan setiap saat, termasuk mendonasikan waktu Anda untuk mengunjungi portal TAFENPAH.COM yang fokus mengupas tulisan seputar kebudayaan Nusantara, kita pun memiliki pemahaman tentang penggunaan simbol, termasuk memahami ajakan ngopi bareng teman dari Jawa maupun Timor di waktu senggang.

Intisari ulasan ini juga berdampak atau sangat relevan dengan kebudayaan lainnya yang berada di Indonesia.

"Karena dewasa ini, hanya 10% negara-negara di dunia secara rasial atau etnik homogen."

Demikian pendapat Harris, Moran dan Moran (Moodian, 2019:4), menutup diskusi kita pada edisi kali ini.

Saran dan kritik dinantikan penulis, demi perbaikan dan update tulisan ini ke depannya.

Sekian dan terima kasih.

Sumber: Analisa Pribadi, Blog TAFENPAH.COm dan Buku Komunikasi Lintas Budaya, karya Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun