Mungkin benar adanya, logat atau dialek ketika saya berbicara itu masih terbawa dengan Ketimuran Indonesia.
Akan tetapi, alangkah baiknya, tim perekrut yang sejatinya memiliki pengetahuan dan wawasan cukup, seharusnya memilah diksi yang tepat, ketika menyampaikan pesan penolakan.
Saya pun yakin, tim perekrut ini pastinya sudah banyak menyakiti ras yang lainnya.
Ketika dalam perjalanan pulang di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta Barat, saya pun menerbangkan pikiran saya menuju zaman pembasmian ras Yahudi dalam pemerintahan Hitler di Jerman.
Jika Hitler waktu itu bergairah untuk menghilangkan ras Yahudi di setiap kamp tahanan, saat ini di Indonesia, terlebih perekrut di perusahaan Outsourcing di atas, berusaha untuk menghilangkan ras Indonesia Timur dari perusahaan di mana ia bekerja.
Sejatinya tindakan dari perekrut tersebut sangat inkonsistensi dengan nilai-nilai Pancasila.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Indonesia adalah negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan alam dan manusianya.
Kekayaan alam dan sumber daya manusia datang dari lintas budaya, ras, agama, ideologi dan kepentingan.
Kendati demikian, kita tetap satu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk itu, sekiranya isu kebudayan, terutama tendensi sukuisme di lingkungan kerja, menjadi perhatian bersama kita seluruh warga Indonesia.
Agar makna dan semangat Pancasila benar-benar mengaliri perjalanan hidup setiap warga Indonesia, bukan hanya sebatas slogan. Namun menjadi virus perpecahan lintas ras, budaya, agama dan kepentingan apapun, hanya karena kurangnya pemahaman mengenai pentingnya perbedaan di kehidupan sehari-hari.