Apresiasi ini seharusnya membuat kita bangga, dong. Bukan sebaliknya, memanfaatkannya untuk mengkultuskan pribadi tertentu, yang notabene adalah manusia biasa seperti diri kita sendiri.
Siapa saja sosok yang selama ini tampil sebagai tokoh protagonis dalam dunia perpolitikan tanah air?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya kembalikan pada hasil pengamatan pembaca. Karena pembaca lebih memahami peta perjalanan politik demokrasi tanah air hingga detik ini.
Kedua: Politikus senior tidak memberikan ruang pada generasi milenial.
Sadar ataupun tidak, alam bawah sadar kita sudah terpengaruh dengan sistem pemerintahan pra sejarah, dan puncaknya pada pendudukan koloni.
Di mana, pemimpin itu harus berusia, katakan 40 tahun ke atas. Ketimbangan yang berkepala 3 ke bawah.
Bukannya kita tidak menghargai sejarah. Tapi, kita juga harus mengupgrade diri sesuai dengan perkembangan zaman.
Ketiga: Politikus senior dianggap tahu segalanya, karena pengalaman, ketimbangan generasi muda
Memang secara matematis, perkara pengalaman politikus senior tidak bisa dibantah lagi oleh siapa pun.
Namun, terkadang ada politikus tertentu yang jumawa dengan segala kenyamanan dan kepopulerannya.
Makanya, ketika ada tawaran sosok pemimpin muda, itu pun dilihat sebagai ancaman oleh politikus senjor.