Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Membaca Sepakbola Indonesia di Tengah Tren Perkembangannya

7 Februari 2023   12:33 Diperbarui: 7 Februari 2023   12:42 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca industri sepakbola tanah air saat ini, tentu saja ada banyak kisah, entah yang menyenangkan, maupun drama yang sangat memilukan.

Terutama pasca tragedi Kanjuruhan di bumi Aremania tahun lalu. Selain sekelumit kisah penghentian Liga 2 dan 3 kompetisi 2022/2023.

Di tengah problematikan tersebut, sejatinya sepakbola tanah air sedang menunjukkan tren perkembangan.

Namun, perkembangan industri sepakbola kebangaan masyarakat Indonesia ini, terbentur dengan ragam persepsi di antara suporter, pengelola PSSI, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Akibatnya, pemerintah mau tak mau harus mengambil jalan tengah dengan menghentikan Liga 2 dan 3.

Ada pun beberapa alasan di balik keputusan pemerintah tersebut, di antaranya; pemerintah menginginkan kekondusifan antar suporter, pengelola klub, dan berbagai pihak. Meski ada konsekuensinya.

Kedua; pemerintah memberi ruang kepada semua pihak untuk kembali mengoreksi diri.

Ketiga: pemerintah menginginkan pengelolaan klub yang lebih profesional.

Keempat; pemerintah juga menginginkan Menpora dan PSSI tegas dalam memberikan sanksi kepada suporter dan klubnya yang menciptakan masalah.

Sepakbola Indonesia di Bawah Campur Tangan Politik

Sejatinya semua bidang sudah ada tupoksinya. Masalahnya, kecenderungan terbesar kita adalah ingin menguasai atau mengintervensi bidang lain yang bukan kapasitas diri kita.

Akibatnya, terjadilah kekacauan. Kerugian terbesarnya adalah sepakbola kita terjebak.

Lebih parahnya, kita sendirilah yang menyebabkan banyak orang, terutama pemain di Liga 2 dan 3 kehilangan harapan hidup. Termasuk karyawan dan semua pihak yang berada di dalamnya.

Jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah setiap instansi fokus dengan koridor atau jalur kerjanya.

Sepakbola Indonesia di Bawah Bayang-Bayang Negara Anggota ASEAN Lainnya

Tak bisa dipungkiri, sejak terjadi kerusuhan di Kanjuruhan dan berdampak pada macetnya sepakbola Indonesia (Liga 2 dan 3), industri sepakbola kita bukannya terus berkembang, justru berjalan di tempat.

Sementara negara-negara ASEAN, seperti Thailand dan Vietnam lari meninggalkan sepakbola kita dengan torehan prestasi.

Kita juga menyadari bahwasannya, problematika di negara kita begitu kompleks, tidak seperti kedua negara di atas.

Karena pengelolaan talenta muda yang tidak merata di setiap pelosok negeri. Padahal, kekayaan sumber daya manusia di bidang olahraga tak pernah suram.

Namun, tendensi sentralisasi pengelolaan sepakbola di daerah tertentu, menyebabkan tiada terakomodir talenta-talenta terbaik di negeri ini.

Masalah ini setidaknya diminimalisir dengan pembinaan sepakbola yang merata di setiap daerah dengan pengawasan ketat dari Kemenpora dan PSSI. Selain memberi jarak seluas sanudera bidang politik untuk masuk ke industri sepakbola nasional.

Karena rakyat Indonesia sudah tak nyaman dengan oknum-oknum yang berniat merusak citra sepakbola tanah air, terlebih mafia sepakbola.

Endingnya, Skuad Garuda bisa memberikan penampilan terbaik dan jauh bermakna, bila tim kebanggaan kita berprestasi dan mengharumkan sepakbola Indonesia di mata dunia.

Salam olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun