Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku

7 September 2022   11:44 Diperbarui: 7 September 2022   11:51 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Judul Buku: The Power Of Dream (Kekuatan Impian)

* Penulis: Tjiptadinata Effendi

* Penerbit: PT. Elex Media Komputindo

* ISBN : 978-979-27-3562-8

Jumlah Halaman: 131

Salam hangat sobat, buku karya Opa Tjiptadinata Effendi ini pada dasarnya mengajak pembaca untuk mempercayai kekuatan impian.

Sebelum kita melihat lebih jauh tentang buku ini, mari kita berkenalan dengan sang penulis.

Nama besar Opa Tjiptadinata Effendi sudah tidak asing lagi bagi pegiat literasi Indonesia, terlebih Kompasianer dan juga pembaca setia Kompasiana.

Beliau lahir di Padang, Sumatera Utara pada tanggal, 21 Mei 1943.

Saat ini, beliau berdomisili di negeri Kanguru, tepatnya di Perth/Wollongong.

Istrinya adalah pegiat literasi di platform Kompasiana, yakni Oma Roselina.

Keduanya memiliki 2 putra dan 1 putri, yakni; Irmansyah Effendi, Irwan Effendi, dan Irvanty Effendi.

Itulah biodata singkat dari sang penulis.

Dare to Dream

Pembaca akan terpukau dengan quotes inspiratif yang disuguhkan oleh Opa Tjip di awal karyanya.

Beliau menekankan pentingnya memiliki impian. Karena dengan impian akan jauh lebih baik bagi setiap orang untuk mencapai sebagian dari cita-citanya.

Daripada mereka yang menjalani kehidupan tanpa memiliki impian.

Nah, Kompasianer Maestro ini juga memberikan suntikan inspirasi dari pengalaman hidupnya selama berkecimpung di dunia Reiki atau pusat penyembuhan alami melalui jalan meditasi.

Menciptakan Sebuah Impian

Pada fase kedua, Opa Tjip mengisahkan perjalanannya di sungai Nil, yang panjangnya lebih dari 6 ribu KM.

Kala berada di sungai kehidupan itu, Opa Tjip meneteskan air matanya.

Lantaran, impian itu sedari kecil. Berawal dari sang ibunda yang selalu membacakan cerita-cerita Firaun di Alkitab, alam bawah sadarnya pun mulai terpacu untuk bisa mengunjungi sungai Nil.

Impian itu pun datang dalam beberapa puluh tahun kemudian.

Perjalanan spiritual itu membawa inspirasi bagi pembaca untuk berani menciptakan impiannya, entah di bidang apa pun.

Nilai penting yang kita pelajari dari bagian ini adalah meskipun saat kita menciptakan impian dalam kondisi yang tak menjanjikan, bahkan ditertawakan orang lain, itu bukan menjadi masalah.

Justru itulah cikal bakal bagi kita untuk terus berjalan.

Karena ketika kita sudah mencapai impian tersebut, kita pun akan meneteskan air mata, layaknya tangisan Opa Tjip di sepanjang aliran sungai Nil.

Berguru Pada Semua Orang

Pada bagian ini, Opa Tjip membawa pembaca untuk masuk dalam dunia anak-anak.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena Opa Tjip mengambil filosifi anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan pada akhirnya ia akan mengetahui banyak hal dari setiap perjumpaan dengan orang baru.

Hal senada juga pernah dilakukan oleh Filsuf Socrates, yakni jalan "MAEUTIKA" atau lebih detailnya adalah "metode bidan."

Artinya, entah di mana pun, filosifi mengosongkan gelas pikiran kita tetap berlaku, demi pengetahuan baru di luar diri kita.

Jalani Saja Kekuatan Impian Kita

Di episode terakhir, Opa Tjip dengan santun dan rendah hati mengajak siapa pun untuk tetap melakukan yang terbaik, selama mengejar impiannya.

Terkait waktu keberhasilan itu tidak penting. Karena yang lebih utama adalah konsisten, percaya diri, kerja keras, dan selalu berserah pada Sang Pencipta.

Lantas, seperti apakah nuansa dari buku ini, sobat bisa mencari tahu sendiri jawabannya dengan cara meminjam di rekan yang memilikinya ataupun datang saja ke kosan saya.

Terakhir: Mohon maaf kepada Opa Tjip bila saya salah dalam mengulas karya fenomenalnya.

Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun