Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku

7 September 2022   11:44 Diperbarui: 7 September 2022   11:51 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantaran, impian itu sedari kecil. Berawal dari sang ibunda yang selalu membacakan cerita-cerita Firaun di Alkitab, alam bawah sadarnya pun mulai terpacu untuk bisa mengunjungi sungai Nil.

Impian itu pun datang dalam beberapa puluh tahun kemudian.

Perjalanan spiritual itu membawa inspirasi bagi pembaca untuk berani menciptakan impiannya, entah di bidang apa pun.

Nilai penting yang kita pelajari dari bagian ini adalah meskipun saat kita menciptakan impian dalam kondisi yang tak menjanjikan, bahkan ditertawakan orang lain, itu bukan menjadi masalah.

Justru itulah cikal bakal bagi kita untuk terus berjalan.

Karena ketika kita sudah mencapai impian tersebut, kita pun akan meneteskan air mata, layaknya tangisan Opa Tjip di sepanjang aliran sungai Nil.

Berguru Pada Semua Orang

Pada bagian ini, Opa Tjip membawa pembaca untuk masuk dalam dunia anak-anak.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena Opa Tjip mengambil filosifi anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan pada akhirnya ia akan mengetahui banyak hal dari setiap perjumpaan dengan orang baru.

Hal senada juga pernah dilakukan oleh Filsuf Socrates, yakni jalan "MAEUTIKA" atau lebih detailnya adalah "metode bidan."

Artinya, entah di mana pun, filosifi mengosongkan gelas pikiran kita tetap berlaku, demi pengetahuan baru di luar diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun