Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mnao't Lof Mite Mamit Lof Mupene

3 Juli 2022   01:30 Diperbarui: 5 Juli 2022   09:36 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kebahagiaan dari mahasiswa kala menemukan sesuatu yang berarti di tanah rantau. Sumber gambar: Tirto

Mnao't lof mite mamit lof mupene merupakan filosofi klasik etnis Dawan (Suku Timor Dawan), yang mendiami pulau Timor. Mulai dari daratan Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), sebagian Belu (Atambua), dan Timor Leste.

Peribahasa ini ditujukan kepada mereka yang memilih untuk merantau. Perihal merantau, memang pada kodratnya merupakan pilihan. Mengapa saya katakan 'merantau' sebagai sebuah pilihan?

Karena dengan pilihan itu (merantau), seseorang bisa mengubah kehidupannya. Proses transformasi itu bisa termanivestasi dalam berbagai bidang kehidupan, sejauh pribadi yang menjalaninya.

Sumber Gambar: Rukita
Sumber Gambar: Rukita

Dalam konteks merantau, terlebih makna ' mnao't lof mite, mamit lof mupene' meupakan fondasi dari orang tua kepada anak-anak mereka, yang memilih untuk pergi meninggalkan kampung halamannya, demi pilihan yang belum pasti di negeri rantauan.

Kalimat afirmatif atau dasar penguatan dari filosofi etnis Dawan di atas, bukan hanya berlaku bagi penduduk asli daratan Timor, melainkan ini juga berlaku bagi siapa pun yang 'mendaki karir.'

Sebagai perantau, atau apa pun statusnya, kita semua adalah insan pendaki karir. Sebagai pribadi pendaki karir, tentunya proses pendakian itu tidaklah mudah.

Sebab ada berbagai faktor yang nantinya kita lewati. Di setiap fase, tentu saja ada kisah menarik, maupun yang tidak menarik. Namun, terkhusus bagi etnis Dawan, ketika berada dalam fase yang tidak menyenangkan, kita diajak untuk kembali pada pesan moral 'mnao't lof mite, mamit lof mupene.'

Mnao't Lof Mite, Mamit Lof Mupene

Sumber gambar; Kompas
Sumber gambar; Kompas

Secara umum, bila saya menerjemahkan frasa di atas, berarti 'pergi dan carilah sesuatu, maka kamu pun akan menemukannya.'

Apa yang kita temukan? Tentu saja sebagai perantau, ketika kita mencari, maka kita akan menemukan apa yang membuat kita merasa bahagia di tanah rantau.

Meskipun dalam etika nikomachea Filsuf Plato mengatakan, pencarian tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan.'

Kebahagiaan memang secara realita, sangat sulit untuk kita temukan. Namun, kebahagiaan itu bersifat sementara. Dalam kesementaraan tersebut, kita pun dimonitoring oleh kekuatan supnatural atau  dalam bidang spiritual disebut 'roh' atau sesuatu yang menggerakkan kita, tanpa kita menyadarinya.

saya pun menyakini bahwasannya, setiap dari kita pasti memiliki daya 'metafisika' ini. Metafisika atau kekuatan yang melampaui batas nalar kita.

Diskursus atau pemikiran ini pun bisa dielaborasikan oleh setiap orang dalam memaknai semangat perjalanan. Karena dalam perjalanan, kita pun sedang mencari kebahagiaan.

Ketika kita menemukan kebahagiaan, kita merasa senang. Begitu pun, lingkungan kita juga ikut menikmati ritme kebahagiaan tersebut.

Kumpulan dari kebahagiaan itu pun tidak pernah terlepas dari semangat berpegang pada prinsip atau pun dasar kehidupan dari mana kita berasal.

Sebagai orang Dawan (orang yang mendiami wilayah kering dan tandus pulau Timor), saya pun selalu ingat pesan filosofi di atas. Tujuannya tak lain adalah sebagai regenerasi pemikiran. Saya juga menyakini, bahwasannya setiap budaya memiliki pemikiran yang semakna dengan filosofi kami dari pulau Timor.

Pemaknaan yang lebih intim dari 'mnao't mite, mamit lof mupene' bagi saya ini merupakan regenerasi pemikiran yang perlu dan wajib diestafetkan dari setiap generasi, guna menjaga ekosistem kebudayaan yang berkesinambungan.

Kesinambungan Filosofi Etnis Dawan dan Relevansi bagi Kehidupan Perantau, Khususnya Pelajar

Ekspresi kebahagiaan dari mahasiswa kala menemukan sesuatu yang berarti di tanah rantau. Sumber gambar: Tirto
Ekspresi kebahagiaan dari mahasiswa kala menemukan sesuatu yang berarti di tanah rantau. Sumber gambar: Tirto

Sebagai pelajar, kita tidak mesti berdiam saja dengan ilmu yang kita dapatkan. Karena ilmu pengetahuan itu terus berkembang. Setiap zaman ada tantangannya. Begitu pun, setiap pemikiran ada pro dan kontranya. Inilah keunikan dialektika dalam kehidupan manusia.

Berdialektika atau berdialog dengan perubahan zaman itu sangat penting bagi setiap orang. Karena bagaimana pun juga, kita harus memiliki daya dialogis. Karena dalam dialog, kita akan menemukan cara pandang baru, melatih nalar kritis, serta melihat dan menafsir setiap perubahan dalam lensa kebudayaan setempat.

Khususnya mahasiswa, metodologi atau jalan pemikiran ini akan berguna dalam mereformasi apa yang kita dapatkan dari dunia pendidikan.

Untuk itu, mari kita terus berjalan, sembari mencari sesuatu yang benar-benar membuat kita merasa nyaman dan ketagihan, demi mewarnai pemikiran pendidikan Indonesia di era digital.

Salam literasi | Instagram: @Suni_Frederikus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun