Namun, hal pertama yang ditemukan oleh Sang Budha adalah kegelisahn. Ya, Sang Budha gelisah karena apa yang ia alami di dalam tembok istana, tidak seindah di luarnya. Di mana ia menemukan penderitan, kelaparan, dan berbeagai penyakit yang dialami oleh sesamanya yang berada di pinggir jalan, dan berbagai fasilitas umum lainnya.
Demikian kondisi saya saat ini. Di mana, dulu saya melihat, merasakan, dan menyaksikan sesamaku (Liyan) yang mengalami penderitaan karena kehilangan orang-orang tercinta mereka. Saat itu, saya tidak merasa apa-apa. Namun, ketika saya merasakan peristiwa kehilanagn, di situlah baru saya sadar akan pentingnya komunikasi dengan keluarga dalam kondisi apa pun.
Karena sebagai diaspora atau perantau, terkadang kita hanya sibuk mengejar kebahagiaan kita sendiri di tanah rantau, alih-alih mengumpulkan berbagai kekayaan yang akan membuat kita bahagia. Namun, pada realitanya tidak seindah dengan angan-angan.
Kita akan sadar, ketika salah satu anggota keluarga kita pergi. Ya, pergi untuk selama-lamanya. Di situlah penyesalan mengejar kita. Namun, semua sudah terlambat. Karena waktu dan kebersamaan bersama keluarga tercinta itu tidak akan terulang lagi.
Pepatah klasik selalu mengatakan bahwa "banyak hal kita bisa ulangin, namun kesempatan untuk membahagiakan keluarga, adik-adik, dan membahagian diri sendiri itu hanya sekali saja."
Jika sobat Kompasianer dan pembaca ada yang pernah kehilangan anggota keluarga, berarti tahu dan paham akan tulisan ini.
Akhirnya, selamat jalan adik tercinta (Selvy Suni). Jadilah, pendoa bagi kami semua yang masih berjuang dan berziarah di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H