Beberapa jam yang lalu, Negosiator dari Kyiv (Ukraina) dan Moskow (Rusia) telah mengadakan pembicaraan di Belarus dalam upaya untuk mengakhiri konflik
Akan tetapi, upaya ini belum menemukan titik terang bagi kedua bekas negara Uni Soviet tersebut. Karena baik dari Rusia dan Ukraina masih menunggu pembicaraan lanjutan  dan akan bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan.
Namun setidaknya upaya gencatan senjata antara kedua belah pihak sudah memberikan angin segar bagi publik internasional, khususnya di benua biru yang selama sepekan kemarin hidup dalam ketakutan.
Bagaimana tidak, sesuai dengan laporan dari PBB mengatakan saat ini lebih dari setengah juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina dan mencari suaka atau oase kehidupan di negara-negara tetangga.
Beruntung negara-negara tetangga masih berpikir waras karena "human interest." Jadi, pintu selalu terbuka bagi warga Ukraina.
Rusia semakin Tertekan di Benua Biru
Kemarin, pihak Barat telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia, akibat tindakan agresi militer mereka ke Ukraina.
Begitu pun dengan NATO. Di mana, mata uang Rusia makin anjlok karena negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) memutuskan kerja sama di berbagi sektor kehidupan.
Sanksi itu sepadan dengan apa yang sudah mereka lakukan kepada warga Ukraina. Anak-anak, orang tua, sanak keluarga yang tidak berdosa tercerai berai, bahkan ada keluarga yang mau tidak mau mengikhlaskan kepergian orang-orang tercinta mereka di balik reruntuhan kota-kota di Ukraina.
Rencana-rencana mereka tidak lebih dari puing-puing reruntuhan bangunan pencakar langit. Jika sebelumnya, warga Ukraina menikmati taman kota yang indah berlatarkan peninggalan-peninggalan nenek moyang mereka dan gaya bangunan yang memiliki nilai estetik kelas dunia, kehidupan yang aman dan damai, canda tawa anak-anak kecil, ramainya pusat hiburan perbelanjaan, dan berbagai fasilitas umum lainnya.
Kini, langit Ukraina menjadi hambar, gelap gulita, asap hitam, dan hanya terdengar tembakan mesin senjata dari para prajurit yang masih memiliki tanggung jawab di medan perang untuk mengamankan dan menjalankan sumpa setia mereka kepada pemerintah Ukraina.
Inilah sayap-sayap patah warga Ukraina di zaman modern yang katanya mengangungkan rasionalitas, akal sehat, dan memperjuangkan perdamaian dunia. Tetapi, nyatanya budaya hegemoni, kapitalisme, dan komunisme telah menghancurkan semuanya.
FIFA dan UEFA Melarang Industri Olahraga Rusia dan Belarusia untuk Absen dari Semua Kompetisi Internasional
Dilansir dari British Broadcasting Corporation, Badan sepak bola dunia FIFA dan badan pengatur Eropa UEFA telah menangguhkan klub Rusia dan tim nasional dari semua kompetisi.
Sbornaya julukan Timnas Rusia mau tidak mau harus menerima hukuman untuk tidak tampil di babak play-off Piala Dunia bulan depan.
Sementara tim wanita dilarang tampil di Kejuaraan Eropa musim panas ini. Begitu pun hukuman tersebut berlaku untuk Belarusia yang memiliki andil juga di balik agresi militer Rusia ke Ukraina. Karena pemerintah Belarusia telah mengadakan latihan gabungan bersama militer Rusia di perbatasan Ukraina dua pekan yang lalu.
Dari situ, timbullah ketegangan antara Barat, NATO, dan Rusia. Lalu, Ukraina dikorbankan.
Akan tetapi, saat ini kondisi Beruang sudah semakin terpojok dan tak berdaya lagi dari serangan Barat dan NATO dengan berbagai hukuman atau sanksi.
Jalan terakhir yang akan diambil oleh Rusia adalah Putin harus menarik kembali pasukannya dari Ukraina.
Karena hanya dengan cara itu, kedamaian akan kembali ditegakkan. Akhirnya, jika kita menginginkan perdamaian, terlebih dahulu kita harus menciptakan perang dan menghancurkan semuanya, lalu menatanya dengan cara diplomasi yang elegan, santai, dan saling memaafkan atas kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H