Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Isra Miraj 2022 sebagai Teologi Perjalanan

28 Februari 2022   06:36 Diperbarui: 28 Februari 2022   07:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan Pancasila kini diidam-idamkan oleh Ukraina. Untuk itu,  momentum Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad Saw 2022 ini kembali mengajak kita untuk melihat sejarah kelam kita di masa lalu.

Twibbon tafenpah.dokumen tafenpah
Twibbon tafenpah.dokumen tafenpah

Karena dalam sejarah, tentu saja ada hal baik dan buruk yang ada di dalamnya. Namun, kita perlu menyaring mana yang baik dan buruk untuk dijadikan sebagai kompas arah hidup kita.

Tujuannya kita tidak terantuk lagi pada masalah-masalah sosial atau intoleransi yang ada di dalam bangsa kita yang kaya akan sumber daya manusia dan sumber daya alam ini.

Tiga Hal Penting yang Wajib Kita Pelajari dari Perjalanan Spiritual Isra Miraj Nabi Muhammad Saw

Siedoo
Siedoo

Yang pertama; kita harus belajar menghargai dan menghormati orang tua. Banyak hal yang terpaksa kita lewatkan begitu saja. Tetapi, kesempatan untuk mendengarkan orang tua yang terkadang tidak sejalan dengan pemahaman kita itu hanya terjadi sekali saja.

Artinya, ketika orang tua kita masih ada, kita sering membantah dan mengabaikan nasihat-nasihat mereka akan kehidupan yang harus dilandaskan pada semangat "Human Interest." Tetapi, ketika orang tua sudah tidak ada lagi, di situlah kita menyesali semuanya.

Jadi, tidak salah, jika kita belajar dari sejarah itu untuk memperbaiki kehidupan kita bersama orang tua di waktu-waktu yang akan datang.

Kedua: Belajar mendengarkan. Berbicara itu sangat mudah atau pun menasihati orang lain. Tetapi, kita memiliki penyakit bawaan, yakni sulit mendengarkan orang tua, para mentor, sahabat, guru, dosen, pemerintah, dan lain sebagai.

Ketika kita sudah jatuh tertimpa tangga, di situlah kita baru sadar betap pentingnya mendengarkan nasihat orang yang lebih berpengalaman dalam bidang tertentu.

Ketiga: Saling menghibur dan menguatkan. Dampak dari Pandemi global masih sangat terasa dalam kehidupan harian kita. Kita tidak pernah tahu, berapa ton air mata yang sudah membanjiri negeri ini, akibat Pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun