Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Isra Miraj 2022 sebagai Teologi Perjalanan

28 Februari 2022   06:36 Diperbarui: 28 Februari 2022   07:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan itu dimulai dari keresahan umat manusia untuk mencari siapakah jati dirinya? Untuk apa manusia itu dilahirkan? Mengapa harus ada kebahagiaan dan penderitaan? Apa itu waktu? Apa itu kematian? Dan Apa itu iman kepercayaan kepada Sang Ilahi?

Sebagai manusia kita tidak dapat memahami kuasa Ilahi sepenuhnya. Ilmu pengetahuan klasik dan modern pun terus berbenah dan mencari tahu apa itu kekuatan Ilahi.

Kita harus bersyukur bahwasannya pengejawahtahan kuasa Ilahi yang termanivestasi dalam diri semangat para Nabi dalam ketiga agama Samawi, yakni: Yahudi, Kristen, dan Muslim adalah bagian dari sejarah (historitas) manusia dalam mencari keajabain-keajabian Tuhan.

Pada dasarnya kita memiliki kepercayaan lokal atau yang biasa kita kenal dengan adat-istiadat dari mana kita berasal. Sebenarnya, di situlah letak awal dari perjalanan sejarah umat manusia dalam mencari ilmu Teologi.

Terkadang kita juga merasa bingung dengan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Teruntuk saat ini, saudara-saudara kita yang berada di Ukraina.

Mereka kehilangan harapan hidup. Tempat tinggal dan segala kenyamanan hidup dalam hitungan menit semua kembali diratakan oleh super ego dari negara tetangganya Rusia.

Ya, itulah konsekuensi, jika kita kita tidak memiliki pendirian. Di mana bangsa luar datang dan memprovokasi kita dengan sesama yang berbeda pemahaman dengan kita, dan kita menganggap mereka sebagai musuh.

Dalam kehidupan konteks Indonesia juga kurang lebih sama seperti yang dialami oleh Ukraina. Di mana, kita kerap terjebak dalam pemaham kehidupan beragama. Kefanatikan telah menutup pintu-pintu rezeki bagi kita.

Kefanatikan telah menjauhkan kita dari lingkungan sosial budaya kita sebagai bangsa yang memiliki satu semangat, sependeritaan, dan seperjuangan, akibat dari penyakit mental dari zaman penjajahan bangsa-bangsa asing.

Bangsa asing datang dan pergi untuk memasukkan ideologinya ke dalam kehidupan kita. Berkali-kali mereka telah gagal. Akibatnya, kita diadu-domba, diprovokasi, dipanas-panasin. Tetapi, kita beruntung memiliki semangat Pancasila yang menyatukan semua perbedaan yang ada di nusantara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun