Berawal dari salah satu rekan yang gemar membagikan artikelnya dari Kompasiana, saya mulai tertarik. Kemudia saya mulai mencari tahu langkah-langkah untuk mendaftar dan menulis di Kompasiana.
Setelah melalui pencarian yang cukup alot bersama mbak google, saya pun berhasil memiliki akun di Kompasiana dan mulai menulis dengan rasa bangga.
Ya, saya bangga. Karena Kompasiana bagi saya adalah salah satu platform di Indonesia yang sangat bergengsi bagi penulis/blogger. Selain, Indonesiana milik Tempo.
Apalagi, mbak google menjelaskan bahwasannya Kompasiana adalah platform online terbesar Asia Tenggara. Bulu kudukku pun merinding, ketika saya membaca kata demi kata dan berujung pada "falling in love."
Ah, kedengaran lebay. Tapi, bernada melankolis sih. Nggak apa-apa sobatku. Karena hidup juga butuh rasa cinta.
Cinta akan persahabatan, pekerjaan, impian dan mimpi-mimpi yang belum kita realisasikan di tahun 2021.
Mengapa saya harus mencintai Kompasiana?
Karena saya sudah menemukan sesuatu yang sangat menggairahkan hari-hariku. Gairah/asmara/bara cinta itu menyatu dalam setiap tarikan diksi-diksi kerinduan dalam dunia aksara.
Selain itu, ketertarikan awal saya menulis itu adalah ingin membuktikan diri bahwasannya sebagai anak kampungan, saya pun bisa menulis bebas seperti kebanyakan anak metropolitan.
Ya lebih tepatnya saya ingin menunjukkan jati diri saya ke hadapan publik. Dan memang benar adanya. Karena saat ini ketika seseorang mengetikkan nama saya "Frederikus Suni" di mesin google, semua karyaku pun bisa ditemukan. Itulah jejak langkah kaki saya bersama Kompasiana.
Kapan saya mulai menulis di Kompasiana?
Saya mulai menulis di Kompasiana sejak tanggal 12/8/2020. Dalamkurun satu tahun hari ini, 12/8/2021 saya sudah berhasil mempublikasikan 449 artikel di rumah Kompasiana. Tentu ini adalah pencapaian yang spektakuler bagi saya sebagai orang desa.