Gaya kepemimpinan Indra Sjafri (mantan pelatih Timnas U-23) serupa dengan kepemimpinan presiden Joko Widodo dan menteri sosial Tri Rismaharini yang gemar blusukan.
Gaya blusukan Indra Sjafri membawa sejarah sepak bola NTT masuk dalam peta industri olahraga nasional.
Kemunculan pemain timnas, Yabes Roni Malaifani dan sejumlah pemain yang berlaga di Liga Satu merupakan bukti keberhasilan dari kepemimpinan Indra Sjafri.
Baca Juga: Kebangkitan Sepak Bola NTT dan Pemberdayaan Talenta Muda TTU
Indra Sjafri Pahlawan Sepak Bola NTT
Jauh sebelum kedatangan Indra Sjafri di tanah Timor, sepak bola memang sudah ada. Tapi, dalam kondisi kritis. Gegara tiadanya perhatian serius dari pemerintah.
Berkat inisiatif Indra Sjafri untuk mengikuti pesan suara hatinya dalam memilih pemain, ia berhasil membawa sejumlah pemain dari SSB Bintang Timur (Belu) yakni; Aldo Leki dan Fladiano Soares untuk mengikuti seleksi timnas U-19 beberapa tahun lalu.
Sejarah itu selalu dikenang oleh rakyat Timor Barat. Karena pemerintah pusat melalui Indra Sjafri telah meninggalkan jejak langkah di tanah Timor.
Saat ini, Timor Barat yang terdiri dari dua kabupaten yakni: Timor Tengah Utara dan Belu menaruh harapan besar bagi pelatih Shin Tae-Yong untuk bisa blusukan kembali ke tanah Timor. Karena talenta muda tanah Timor (NTT) sudah siap secara emosional, mental, semangat untuk merumput bersama pelatih asal Korea Selatan itu.
Sepak Bola NTT Menuju Panggung Nasional
Di tengah kondisi dan bangsa yang masih belum keluar dari Pandemi, rakyat NTT memiliki dua klub yang dikelola secara profesional yakni: SSB Bintang Timur (Atambua) dan SSB Bali United (Kupang).
Kedua SSB ini menjadi ladang tumbuh kembangnya atlet dari kota karang Kupang. Namun, dengan persebaran pulau yang berada di NTT yang masih sulit disatukan, karena dipisahkan oleh samudera lautan. Akibatnya, talenta-talenta muda yang berada di daratan pulau Flores dan sekitarnya belum diperhatikan dengan serius.
Untuk itu, tiada jalan lain selain semua pihak bekerja sama untuk mendirikan SSB baru di pulau Flores dan Timor. Tujuannya adalah bisa menjaring generasi emas yang belum disentuh dengan pembinaaan yang komprehensif (menyeluruh) sejak usia dini.
Masalah Utama Sepak Bola NTT
Kemampuan untuk mengolah kulit bundar generasi muda NTT sudah tak diragukan lagi. Yang menjadi kendalanya adalah ketersediaan sarana dan prasarana.
Aspek yang sangat penting adalah psiko emosional generasi muda. Di mana generasi muda yang tumbuh dan dibesarkan dari latar belakang budaya yang berbeda, tentunya memiliki karakter yang berbeda pula.
Perbedaan karakter ini sering menuai bentrokan fisik dalam setiap pertandingan. Akibatnya, pemerintah juga merasa kurang dihargai dengan tingkah laku dari suporter dan pemain yang belum matang secara emosional.
Bagaimana membangun psiko emosional bagi suporter dan pemain secara efektif?
Untuk membangun psiko emosional bagi suporter dan pemain itu akan lebih muda jika melalui pemerintah desa, kecamatan dan pemuka agama.
Saya rasa pemuka agama akan lebih muda didengarkan, ketimbang dengan aparat pemerintahan.
Kampanye psiko emosional ini bisa juga dimulai dari lingkungan keluarga. Hal terpenting juga adalah dari kepribadian pemain sendiri.
Jika bakat dan kemampuan pemain berkembang dan dikenal luas oleh dunia, emosi yang meledak-ledak dalam pertandingan perlu dikontrol.
Toh kalah dan menang pun kita masih basodara. Itulah indahnya permainan sepak bola.
Terakhir, pemain muda NTT akan berjaya, jika adanya pembinaan sejak usia dini. Sejarah yang sudah diletakkan oleh Indra Sjafri (asisten pelatih Shin Tae-Yong) jangan hilang begitu saja. Melainkan diikutin oleh pelatih selanjutnya.
Pemain dan suporter pun diminta untuk menahan emosi dan menghindari budaya provokasi dalam pertandingan sepak bola.
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H