Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indra Sjafri dan Industri Sepak Bola NTT

6 Agustus 2021   14:28 Diperbarui: 6 Agustus 2021   14:54 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yabes Roni. Radarbali. Jawapos.com

Di tengah kondisi dan bangsa yang masih belum keluar dari Pandemi, rakyat NTT memiliki dua klub yang dikelola secara profesional yakni: SSB Bintang Timur (Atambua) dan SSB Bali United (Kupang).

Kedua SSB ini menjadi ladang tumbuh kembangnya atlet dari kota karang Kupang. Namun, dengan persebaran pulau yang berada di NTT yang masih sulit disatukan, karena dipisahkan oleh samudera lautan. Akibatnya, talenta-talenta muda yang berada di daratan pulau Flores dan sekitarnya belum diperhatikan dengan serius.

Untuk itu, tiada jalan lain selain semua pihak bekerja sama untuk mendirikan SSB baru di pulau Flores dan Timor. Tujuannya adalah bisa menjaring generasi emas yang belum disentuh dengan pembinaaan yang komprehensif (menyeluruh) sejak usia dini.

Masalah Utama Sepak Bola NTT

Kemampuan untuk mengolah kulit bundar generasi muda NTT sudah tak diragukan lagi. Yang menjadi kendalanya adalah ketersediaan sarana dan prasarana.

Aspek yang sangat penting adalah psiko emosional generasi muda. Di mana generasi muda yang tumbuh dan dibesarkan dari latar belakang budaya yang berbeda, tentunya memiliki karakter yang berbeda pula.

Perbedaan karakter ini sering menuai bentrokan fisik dalam setiap pertandingan. Akibatnya, pemerintah juga merasa kurang dihargai dengan tingkah laku dari suporter dan pemain yang belum matang secara emosional.

Bagaimana membangun psiko emosional bagi suporter dan pemain secara efektif?

Untuk membangun psiko emosional bagi suporter dan pemain itu akan lebih muda jika melalui pemerintah desa, kecamatan dan pemuka agama.

Saya rasa pemuka agama akan lebih muda didengarkan, ketimbang dengan aparat pemerintahan.

Kampanye psiko emosional ini bisa juga dimulai dari lingkungan keluarga. Hal terpenting juga adalah dari kepribadian pemain sendiri.

Jika bakat dan kemampuan pemain berkembang dan dikenal luas oleh dunia, emosi yang meledak-ledak dalam pertandingan perlu dikontrol.

Toh kalah dan menang pun kita masih basodara. Itulah indahnya permainan sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun