Indonesia sangat kaya akan peribahasa. Kekayaan-kekayaan peribahasa itu akan tetap ada, jika kita memiliki selera untuk menggali dan melestarikannya.
Salah satu peribahasa suku Timor Dawan;" Monet Tah Tae'n, Matet Ka Tek Fasin artinya apa yang kita milik saat ini harus dinikmatin. Karena ketika kita meninggal, kita tidak bisa membawa apa-apa."
Peribahasa ini lebih tepat untuk diungkapkan, ketika kita berhadapan dengan orang kikir atau pelit. Umumnya di daerah saya pulau Timor, peribahasa semacam ini bagaikan anak panah yang menembusi jantung seseorang.
Siapa pun yang mendengar ucapan ini, ia pasti terlempar dari dirinya. Walaupun ada sebagian orang yang sudah kebal dengan peribahasa ini.
Sosialisasi
Sebagai makhluk sosial tentu kehadiran kita tidak pernah dipisahkan dari sesama. Mengingat kita adalah makhluk yang butuh bantuan dari sesama.
Hari ini, seseorang berada di atas roda kehidupan. Sementara yang lain masih berada di bawah roda. Esok dan lusa, situasi akan berubah.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika seseorang di atas roda, ia lupa untuk melihat ke bawah. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial. Dari sini muncullah klasifikasi/pengelompokan sosial berdasarkan kasta.
Jangan mengira di era digital ini kita sudah tidak mengenal sistem kasta lagi. Justru kesenjangan sosial saat ini semakin lebar. Gegara yang kaya tetap kaya. Yang miskin tetap miskin.
Yang kaya menderita karena kekayaannya. Sementara, yang miskin menderita karena kemiskinannya.
Orang miskin yang sombong!
Ada orang yang kurang mampu juga yang sombongnya tak karuan. Jika kita menemui orang yang bertipe seperti ini di pulau Timor, hidupnya akan dipenuhi dengan sumpah serapah. Karena tingkah lakunya yang tidak mencerminkan sebagaimana ia berasal.
Inilah yang saya maksud dengan orang kaya menderita karena kekayaannya. Sementara, orang miskin menderita karena kemiskinannya.