Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Kadar Kebahagiaan Bisa Bertambah, Jika Memiliki Banyak Barang?

19 Mei 2021   00:33 Diperbarui: 19 Mei 2021   00:42 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin kita memiliki banyak barang, kadar kebahagiaan kita pun seharusnya bertambah, bukannya berkurang dan menyiksa.

Andaikan takaran kebahagiaan bisa diukur dengan kelebihan barang, setiap orang akan merasa puas dan bahagia dengan dirinya sendiri. Akan tetapi, semakin kita berusaha untuk memenuhi keinginan kita, semakin kita tersiksa untuk mengelola barang-barang tersebut.

Lantas, apa itu kebahagiaan?


Berbicara mengenai kebahagiaan, setiap orang punya takaran tertentu. Mari kita melihat kebahagiaan dari ajaran Filsuf Plato dalam Etika Nicomachea," tujuan tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan."

Separuh hidup kita dihabiskan untuk mencari kebahagiaan. Bejibun cara dan jalan telah kita lalui untuk mencari kebahagiaan. Namun, kita pun tidak pernah menemukan kebahagiaan itu sendiri.

Di manakah letak kebahagiaan?


Sebagai manusia, kita tidak pernah tahu letak kebahagiaan itu terletak di mana? Antara kebahagiaan dan kesenangan sesaat hampir berjalan beriringan. Dan terkadang mengaburkan padangan mata kita. Gegara, kita selalu merasa sulit untuk memilih antara keinginan dan kebutuhan.

Keinginan dan kebutuhan adalah bagian dari sifat alamiah kita. Sejak kita dilahirkan, keinginan dan kebutuhan akan segala sesuatu sudah kita warisi dari keluarga kita.

Kesimpulan sementara adalah tidak ada barang yang benar-benar memuaskan dahaga kita.

Mengapa kita selalu berambisi untuk memiliki banyak barang?


Ketika kita melihat sesama memamerkan barangnya di media sosial, kita pun ikut-ikutan. Akibatnya, kita terjerumus ke dalam budaya hedonisme.

Budaya hedonisme lahir dari genjotan iklan dan ajang pamer-pameran di media sosial. Ya, karena kehadiran media sosial bukan hanya untuk tujuan komunikasi, melainkan sebagai pasar dan ajang eksistensi diri.

Bagaimana perasaan kita, setelah memiliki banyak barang?


Setiap orang punya asumsi dan persepsi yang berbeda. Namun, pada umumnya kita merasa menyesal dan tersiksa dengan kelebihan barang.

Karena potensi kurasi emosi semakin besar setiap kali kita melihat tumpukan barang-barang yang berantakan di area rumah kita. Rasanya pingin melenyapkan barang-barang yang tak berguna. Namun, gegara barang pemberian mantan, kita pun menjaga dan merawat, bahkan orang lain pun tak boleh menyentuhnya. Apalagi memecahkan dan merusaknya. Makin runyam dunia.

Seolah-olah kemanusiaan lebih rendah daripada barang pemberian mantan. Nah untuk itu, kita perlu mengubah pola pikir kita dengan sedikit memiliki barang, tapi bisa memberikan kepuasan batin dan meningkatkan kadar kebahagiaan kita.

Kita tak perlu menunggu kematian dan tinggal di surga seperti ceramah guru-guru spiritual di atas mimbar baru kita merasakan kebahagiaan. Karena guru spiritual pun belum tentu dan tidak pernah melihat surga.

Untuk itu, mari kita menikmati hidup minimalis dengan memiliki barang yang secukupnya, tapi mempu menghadirkan pelangi kebahagiaan bagi keseharian kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun