Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Kesuksesan Hanya Ada di Tanah Rantau?

12 Mei 2021   15:37 Diperbarui: 12 Mei 2021   16:24 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peluang kesuksesan di tanah rantau lebih besar daripada di tanah kelahiran sendiri. Bapak Abraham mencapai kesuksesan di tanah terjanji. Kita pun pasti meraih kesuksesan di tanah rantau.

Setiap orang pingin sukses dalam bidang apapun. Kesuksesan tetangga menjadi pemicu sebagian besar orang di kampung halaman. Ketika kita melihat rumah mewah tetangga, punya mobil, pendidikan anak dan keluarga yang tinggi serta kemapanan finansial melahirkan jiwa perantau.


Perantau identik dengan kesuksesan. Memang sebagian besar perantau pulang kembali ke kampung halamannya dengan kemapanan finansial. Ada pun yang pulang kembali ke kampung halaman dengan kepala tertunduk. Gegara selama di tanah rantau, mungkin salah perhitungan ataupun terlibat dalam kehidupan kota metropolitan yang dikenal hedonisme.


Alasan merantau setiap orang pasti berbeda-beda. Akan tetapi, mempunya satu tujuan yakni mendapatkan kehidupan yang layak dari sebelumnya.


Tentu kita semua adalah perantau. Kita rela meninggalkan kampung halaman kita sendiri. Ada yang memilih untuk meninggalkan tanah air tercinta dan mencari emas di negeri orang. Selain mencari emas dan kemapanan hidup juga mencari ilmu pengetahuan.


Ribuan mil kita meninggalkan kesunyian kampung halaman demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.


Akan tetapi, seorang perantau pun pasti mengalami krisis. Karena apa yang diceritakan oleh mereka itu yang berkaitan dengan manis-manisnya. Sementara, yang pahit mereka tidak pernah menceritakannya.


Dan ketika kita sampai di tanah rantau, di sanalah baru kita tahu arti sebuah perjuangan. Ada pun yang menggunakan segala macam cara untuk meraih kesuksesan. Ada pun yang sudah berpuluh-puluh tahun berada di tanah rantau, tapi secuil kesuksesan pun tak bersahabat dengannya.


Ketika kita mengalami kejadian seperti ini, sebagai orang yang berasal dari desa, kita mulai mencari kambing hitam alias menyalahkan orang lain bahwa ia menggunkan ilmu-ilmu hitam. Padahal kesuksesan setiap orang itu berbeda. Toh kelahiran kita pun berasal dari rahim yang berbeda-beda. Anak kembar sekalipun pasti tidak pernah sama dalam hal meraih kesuksesan.


Lalu apa yang kita lakukan untuk meraih kesuksesan? Tentu banyak jalan menuju ke Roma. Setiap dari kita tahu kapasitas dirinya di bidang apa. Ketika kita sudah menemukan jalan hidup kita, niscaya siapapun tak akan pernah menghalangi kita. Karena alam semesta sudah koneksi dengan jalan hidup kita.


Mirisnya, sebagai sesama perantu pun dari budaya tertentu yang kurang mendukung dalam kesuksesan saudaranya. Ketika orang lain mendapatkan secuil kebahagiaan. Mereka mengira orang tersebut sudah lupa daratan. Akibatnya, mereka mulai menghindari bahkan menjelekkan saudaranya.


Kebencian bak virus yang menjangkiti setiap orang. Ibarat kapas yang sudah beterbangan, tiada seorang pun yang berhasil mengumpulkannya kembali.


Untuk itu, mari kita belajar kesuksesan dari Bapak Abraham pendiri ketiga agama Samawi. Bapak Abraham mengikuti petunjuk dari Allah untuk pergi meninggalkan negeri dan tanah kelahirannya menuju tanah terjanji.


Sebelum sampai di tanah terjanji, Bapak Abraham menemui bejiun tantangan. Bahkan anak kandungnya pun hampir saja dikorbankan untuk Allah. Selain itu, ia ditolak di mana-mana.


Akhirnya, keteguhan hati dan iman yang kuat kepada janji Allah. Bapak Abraham sampai juga di tanah terjanji dan meninggal di sana.


Relevansi kisah Bapak Abraham juga sama seperti perjalanan kita di tanah rantau. Terkadang kita dimusuhi, ditolak setiap kali melamar pekerjaan bahkan berselisih dengan saudara kandung sendiri.


Keyakinan akan hari esok yang lebih baik dan kepercayaan kepada janji Tuhan dalam hidup kita, niscaya kita pun pasti menemukan akar kesuksesan kita.


Salam anak rantau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun