Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kejelian Presiden Jokowi Memilih Nadiem untuk Menahkodai Kementerian Baru

28 April 2021   13:41 Diperbarui: 28 April 2021   13:44 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karir dan kinerja Nadiem akan berkembang, seiring kejelian presiden Jokowi untuk menggabungkan Kemenristek/BRIN dan Kemendikbud/Dikti menjadi kementerian baru berdasarkan Surat Presiden Nomor R-14/Pres/03/2021.


"Reshuffle Kabinet" atau perombakan kabinet baru di periodeke-2 pemerintahan Jokowi saat ini adalah opsi yang tepat. Karena sejumlah Menteri yang dinilai lamban dalam bergerak dalam mengatasi masalah sosial yang terjadi belakangan ini.


Perombakan kabinet di kubu Jokowi terutama menteri Investasi yang seanter dikabarkan akan diganti oleh Bahlil Lahadalia serta penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud di bawah kendali Nadiem akan memberikan peta politik yang semakin memanas bagi pihak koalisi dan oposisi.


Bagi pihak koalisi penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud di bawah nahkoda Nadiem akan lebih efektif. Sementara bagi pihak oposisi, reshuff kabinet ini menjadi ladang untuk menyerang Jokowi.


Sebagai kaum awam yang berada jauh dari lingkungan pemerintahan, saya ingin mengutarakan beberapa alasan, mengapa presiden Jokowi memilih Nadiem untuk menakhodai kemenristek dan Kemendikbud?

1. Merdeka Belajar


Sadar atau tidak, sejak Kemendikbud di bawah kendali Nadiem, ada sejumlah perubahan yang sangat signifikan bagi dunia pendidikan Indonesia. Di antaranya adalah merdeka balajar.


Merdeka belajar memiliki potensi bagi siswa didik dan siapapun yang bergerak di bidang pendidikan untuk lebih fleksibel dalam mencari ilmu pengetahuan.


Saya tidak tahu, apakah filosofi Nadiem ini berangkat dari ajaran Filsafat atau bukan? Karena dalam dunia filsafat, setiap orang itu bebas berekspresi dengan pikirannya, Sejauh ada tanggung jawab. Atau mungkin gaya Nadiem bisa diadopsi dari pendidikan Eropa yang lebih fleksibel.


Kebebasan belajar adalah hal yang perlu dijalani oleh siapapun. Karena metode ini bagus. Terlepas dari pro kontra akan metode pembelajaran ini.

2. Penggabungan Kemenristik dan Kemendikbud sangat efektif


Bagi saya penyatuan kedua kementerian ini akan memudahkan siapaun dalam mengurus administrasinya. Selain itu, arah atau model pembelajaran bagi siswa/mahasiswa tanah air akan menjadi lebih berkembang dalam hal apapun.


Karena yang menjadi motor penggeraknya adalah orang muda yang sangat familiar dengan teknologi. Lebih jauhnya, kematangan emosionalnya (psiko emosial) sudah tidak diragukan lagi. Mengingat ia selalu dikambinghitamkan oleh para pembencinya. Namun ia tidak peduli. Yang terpenting apa yang benar ia kerjakan.


Ketenangan dan semangat berinovasi adalah ciri khas Nadiem dalam menggerakan kemendikbud selama ini.


Antara presiden Jokowi dan Nadiem ibarat sudah membangun chemestry dalam dunia percintaan. Di mana pemikiran mereka bertalian erat dengan semangat perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Kemesraan Jokowi dan Nadiem.Liputan6.com
Kemesraan Jokowi dan Nadiem.Liputan6.com

Kinerja mereka selalu berorientasi pada pembanguanan nilai-nilai kemanusia. Cita-cita untuk membawah rakyat Indonesia dalam menikmati bonus demografi pada tahun 2030, inilah yang menjadi pemicu dari penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud di bawah kendali Nadiem.


Sebagai rakyat, kita harus berterima kasih kepada Jokowi untuk penyatuan Kemenristek dan Kemendikbud. Karena Jokowi sudah melihat peluang dan potensi Nadiem ke depan.


Sosok pemimpin kharismatik dan visioner selalu melekat pada presiden Jokowi. Begitu pun Nadiem ia juga pandai mengemas psiko emosionalnya, selalu berinovasi demi memajukan pendidikan ke arah yang lebih baik. Selain itu ia selalu bekerja sesuai dengan visi dan misi yang diinginkan oleh Jokowi.


Terakhir, pemimpin akan menjadi hebat, bila bawahannya mengeksekusikan ide sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan bersama. Kolaborasi antara Jokowi dan Nadiem sama seperti kolaborasi antara filsuf Plato dan Aristoteles dalam memajukan filsafat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun