Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Kiu Ana Kampung Haumeni

27 April 2021   09:21 Diperbarui: 27 April 2021   10:05 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikala mencium aroma masakan ayam, bulu kuduk kita akan ikut berdiri. Kita pun serasa berada di kandang labirin. Mirip zombe atau film horor. Saya pun pernah merasakan aroma masakan ayam. Dan memang buluk kuduk ikut berdiri.

Nah, untuk menjaga keselamatan diri, kita dianjurkan untuk selalu membawa paku, gunting dan korek api.

Mengapa masyarakat di kampung saya sangat yakin akan mitos tersebut?

Karena sedari kecil, kisah atau cerita lisan ini sudah kita dengar. Berangkat dari tradisi lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut, secara sadar atau tidak, alam bawah sadar kami sudah dicuci. Ibarat pencucian otak untuk ikut menyakini mitos tersebut.

Kisah angker kiu ana sewaktu saya masih berada di kampung halaman memang menjadi menu atau cerita yang digandrungi oleh teman-teman saya. Dan hingga sekarang, masyarakat di kampung halaman saya masih menyakini kisah tersebut.

Kapan waktu yang tepat untuk mengubah mindset masyarakat di kampung halaman saya?

Soal waktu saya tidak bisa pastikan dengan jelas. Karena cerita itu sudah tertanam kuat dalam diri setiap orang. Dan untuk mengubah mindset masyarakat di kampung halaman saya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Saya berharap, semakin banyak generasi sekarang yang memiliki pola pikir logis, perlahan-lahan kisah atau mitos angker di balik kiu ana bisa terputus.

Bagaimana cara saya menyikapi mitos angker di balik kiu ana?

Dulu saya juga sangat yakin akan kisah mitos angker di balik kiu ana. Tetapi, semakin banyak hal yang saya pelajari, sedikir-demi sedikit, saya menyakini itu hanyalah masalah mindset. Sebagaimana yang saya utarakan bahwasannya kisah itu tak lain adalah pencucian otak sejak zaman nenek moyang.

Tentunya saya bukan melupakan sejarah atau kebudayaan saya. Tapi, seenggaknya saya bisa berpikiran logis. Bagaimana pohon asam yang memberikan manfaat bagi manusia ikut dimanipulasi oleh segelintir orang untuk mencapai tujuan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun