Seorang pemimpin tatkala menghadapi tuduhan yang pelik seperti yang dialami oleh Benjamin Netanhayu pasti emosionalnya tidak stabil. Bila pemimpin yang tidak bisa mengendalikan egonya, jalan frontal pasti ia ambil. Barangkali di negara kita pasti ada saja pemimpin yang selalu bertindak frontal di Media, bila kita berkaca ke sejarah bangsa Indonesia zaman lampau.
Presiden Israel sangat terpukul dengan berita yang menimpa PM Benjamin Netanyahu. Bahkan di negara kita pun pasti seorang Presiden tidak menginginkan kekacauan di lingkungan pemerintahannya.
Apalagi pemimpin sekaliber PM Benjamin Netanyahu yang sudah tidak asing lagi di dunia global. Pasti informasinya cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dan kita pun sudah mengetahui kejadian yang sedang berlangsung di negara Israel.
Kebuntuan politik yang menyebabkan empat pemilihan umun dalam kurun waktu dua tahun, membuat blok sayak kanan Benjamin Netanhayu dan dan partai-partai yang menentangnya tetap berkuasa tanpa mayoritas.
Penulis berpendapat bahwa, saat ini mungkin di belahan dunia manapun, terutama para pembenci Bejamin Netanhayu pasti menginginkan dirinya untuk mengundurkan diri secepatnya. Bahkan para pendukung fanatiknya. Karena tidak ada yag tak mungkin dalam dunia politik.
Sidang Hari Senin
Puluhan pendukung fanatiknya berkumpul di luar gedung Pengadilan dan mendesak Netanhayu untuk mengundurkan diri.
Lebih lanjut, Liat ben Ari lawan politiknya mengatakan bahwa masalah Benyamin terkait kasus korupsi rezim yang signifikan dna sangat parah.
Saksi pertama, Ilan Yeshua, CEO situs berita Walla dianggap paling penting, terutama kasus 4.000 yang mencakup penyuapan.
Kepala editor Eksekutif Walla, Aviram Elad, mantan direktur berita Michal Klein dan mantan kepala meja berita Amit Eshel diharapkan akan bersaksi berikutnya, diikuti oleh mantan direktur Jenderal Kementerian Komunikasi Avi Berger.