Presiden Prancis, Emmanuel Macron kembali mengeluarkan pernyataan untuk menutup sekolah-sekolah di Prancis selama tiga pekan ke depan. Penutupan sekolah-sekolah di Prancis sebagai pembatasan nasional untuk melawan peningkatan kasus Covid.
Sekolah akan beralih ke pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai Minggu depan. Langkah-langkah ini juga akan dikomunikasikan atau diperkenalkan kepada distrik yang lainnya.
Selain itu semua toko yang tidak urgent akan ditutup mulai hari Sabtu, serta larangan bepergian dari 10 KM ( enam mil) dari rumah tanpa alasan yang tidak jelas.
Penulis membayangkan, seandainya larangan ini berlaku bagi bangsa kita, justru yang terjadi adalah sumpah serapah dan demo di mana-mana.
Prancis saat ini sedang merawat 5.000 orang dalam perawatan intensif. Saat ini Prancis melaporkan lebih dari 4,6 juta Virus Corona dengan jumlah kematian mencapai 95.495 orang.
Presiden berusia 43 tahun ini mengatakan bahwa negara ini sedang sensitif dan apabila tidak melakukan tindakan cepat, ribuan bahkan jutaan orang akan kehilangan kendali. Ujarnya dalam pidato yang disiarkan oleh Televisi pada hari Rabu.
Lebih lanjut Macron mengatakan bahwa larangan penutupan sekolah, penutupan bisnis yang tidak urgent, bepergian yang mulai dikampanyekan kepada 19 distrik adalah hal yang sah sebagai upaya pengendalian Virus Corona.
Macron menggambarkan situasi itu sebagai "Cahaya di ujung terowongan." Artinya masa Paskah harus dimanfaatkan dengan hal-hal positif untuk merenung, berdialog dengan diri sendiri, berkontemplasi, demi mencari ketenangan hidup.
Akan tetapi, pernyataan Macron ini pasti menuai polemik di lingkungan Parlemen. Tentunya keputusan Macron akan ditentukan hari ini, setelah rapat Parlemen.
Menariknya salah satu Wartawan sekaligus korenspon Paris untuk BBC News Hugh Schofield secara tajam dan menggelitik menganalisi langkah-langkah Macron.
Politik Covid di Prancis sangat menarik. Untuk satu hal, langkah yang diambil oleh Macron ini sangat tepat dan jelas.
Sementara bagi Oposisi mereka berargumen bahwa keputusannya untuk mengesampingan Ilmuan dan tidak mengadakan lockdown ketiga pada bulan Januari adalah hal yang salah. Kini Macron makan kembali topinya.
Bagi musuhnya, itu adalah hasil keangkuhan Macron. Kepercayaan diri yang tidak tertahankan yang membuatnya berpikir dia lebih tahu daripada Dokter.
Ya, namanya orang Filsafat, pasti logikanya terlalu tinggi.
Alasan lain adalah semua orang melihat Vaksinasi terbaik ada di Inggris. Tentu ini adalah sesuatu yang sangat sensitif.
Sama halnya, negara-negara tetangga kita selalu iri dengan langkah pemerintah kita yang cepat untuk memberlakukan vaksinasi kepada semua orang.
Sebaliknya, kita pun pasti melihat negara lain lebih bagus penanganan Virus Corona. Memang rumput tetangga selalu hijau.
Lalu, seberapa serius situasi Virus Corona di Prancis?
Meningkatnya kasus Virus Corona di Prancis, menyebabkan permintaan unit perawatan intensif ( ICU) semakin melonjak.
Federasi Rumah Sakit Prancis (FHF) mengatakan bahwa beberapa pekan mendatang, bila pemerintah tidak mengambil langkah untuk lockdown. Maka, Rumah Sakit akan menjadi kewalahan.
Dalam wawancara dengan dengan Radio France Inter pada hari Selasa, Kepala Penyakit Menular, Rumah Sakit Tenon di Paris, Gilles Pialoux mengatakan lockdown haru segera diterapkan.
Sekadar penulis mengingat penyakit Sampar atau penyakit menular yang terjadi di abad ke-16. Di mana terjadi perdebatan hebat antara Filsuf Albert Camus dan Sartre.
Apakah ini yang terjadi dengan Macron dan oposisinya? Entahlah. Kemungkinan ya.
Dukungan publik untuk lockdown baru meningkat beberapa hari terakhir, dengan jajak pendapat Intitut Elabe yang diterbitkan pada hari Rabu menunjukkan 54% warga mendukung langkah pemerintah. "Public support for a new national lockdown has reportedly been increasing in recent days, with an Elabe Institute poll published on Wednesday suggesting that 54% of citizens questioned backed the move." (BBC.Com).
Wali kota Paris Anne Hidalgo pada hari Rabu ikut mendukung penutupan sekolah, bisnis yang tidak urgent, bepergian karena situasi sangat serius.
Sekelompok Guru Sekolah Prancis juga mengajukan keluhan hukum kepada Menteri Pendidikan Jean Michel Blanquer karena "membahayakan nyawa orang lain," dan menuduhnya gagal untuk melindungi staff karena kontak fisik secara rutin di ruang kelas.
Kiranya langkah yang diambil oleh Presiden Emmanuel Macron memberikan pembelajaran dan pencerahan bagi kita semua untuk tetap menjaga jarak, kurangi bepergian, berkerumun demi memutus rantai Virus Corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H