Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia Pemilik Perpustakaan Sekaligus Pengoleksi Buku Terbanyak Kedua Dunia

25 Maret 2021   07:19 Diperbarui: 25 Maret 2021   17:34 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu program JPIC SVD Ruteng dalam meningkatkan budaya membaca bagi masyarakat. Foto dari SepangIndonesia.co.id.

Indonesia memiliki perpustakaan terbanyak kedua dunia. Tapi, buku yang dikoleksi di perpustakaan itu seolah-olah  seperti benda mati yang hanya di pajang di setiap perpustakaan. Entah di lingkungan umum, sekolah, kampus, perkantoran dll.

Indonesia pengoleksi buku terbanyak dunia. Tapi, anehnya buku-buku yang dikoleksi di setiap kampus, tak dimanfaatkan oleh setiap mahasiswa. Minat baca masih sangat rendah bagi masyarakat Indonesia.

Lalu, manfaat apa yang kita dapatkan dari ribuan bahkan jutaan buku yang tersimpan rapi di setiap perpustakaan?

Mengoleksi buku belum tentu memberikan manfaat bagi mahasiswa maupun umum. Kecenderungan masyarakat yang lebih menyukai tontonan di you tobe, ketimbang menghabiskan berjam-jam  untuk membaca.

Memang kuantitas belum tentu memberikan kualitas yang baik. Dilansir dari Kompas.com -- Indonesia peringkat kedua negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak dunia yakni 164.610 perpustakaan dengan jumlah perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6.552 (3,98 persen).

Mahasiswa yang diharapkan sebagai duta baca bagi lingkungan sekitarnya, justru tidak memberikan panutan yang baik. Bahkan budaya membaca mahasiswa hanya bersifat musiman. Tatkala ada tugas dari dosen atau dalam mengerjakan skripsi/tugas akhir, mahasiswa akan sibuk untuk mencari referensi.

Kendati budaya membaca mahasiswa hanya bersifat musiman, tapi tidak semua mahasiswa memiliki karakter demikian.
Lalu, untuk apa setiap tahun Perguruan Tinggi terus menambah koleksi buku di dalam perpustakaannya?

Buku-buku yang dipajang di setiap perpustakaan hanyalah seperti benda mati yang tidak bernyawa. Lebih baik memiliki sedikit buku, tapi dibaca. Daripada mengoleksi ribuan bahkan jutaan kopi buku, tapi tak dimanfaatkan dengan baik.

Ketua Umum Forum Perpustakaan perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), Mariyah dalam Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2021 "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi Dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural." (Kompas.com). Selasa,23/3/2021.

Masalahnya mentalitas budaya baca kita masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Menarik dan menginspirasi mobilisasi atau pergerakan yang direncanakan oleh Ketua Umum Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dalam mengkampanyekan budaya membaca dari sisi hulu menuju hilir tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun