Indonesia memiliki perpustakaan terbanyak kedua dunia. Tapi, buku yang dikoleksi di perpustakaan itu seolah-olah  seperti benda mati yang hanya di pajang di setiap perpustakaan. Entah di lingkungan umum, sekolah, kampus, perkantoran dll.
Indonesia pengoleksi buku terbanyak dunia. Tapi, anehnya buku-buku yang dikoleksi di setiap kampus, tak dimanfaatkan oleh setiap mahasiswa. Minat baca masih sangat rendah bagi masyarakat Indonesia.
Lalu, manfaat apa yang kita dapatkan dari ribuan bahkan jutaan buku yang tersimpan rapi di setiap perpustakaan?
Mengoleksi buku belum tentu memberikan manfaat bagi mahasiswa maupun umum. Kecenderungan masyarakat yang lebih menyukai tontonan di you tobe, ketimbang menghabiskan berjam-jam  untuk membaca.
Memang kuantitas belum tentu memberikan kualitas yang baik. Dilansir dari Kompas.com -- Indonesia peringkat kedua negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak dunia yakni 164.610 perpustakaan dengan jumlah perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6.552 (3,98 persen).
Mahasiswa yang diharapkan sebagai duta baca bagi lingkungan sekitarnya, justru tidak memberikan panutan yang baik. Bahkan budaya membaca mahasiswa hanya bersifat musiman. Tatkala ada tugas dari dosen atau dalam mengerjakan skripsi/tugas akhir, mahasiswa akan sibuk untuk mencari referensi.
Kendati budaya membaca mahasiswa hanya bersifat musiman, tapi tidak semua mahasiswa memiliki karakter demikian.
Lalu, untuk apa setiap tahun Perguruan Tinggi terus menambah koleksi buku di dalam perpustakaannya?
Buku-buku yang dipajang di setiap perpustakaan hanyalah seperti benda mati yang tidak bernyawa. Lebih baik memiliki sedikit buku, tapi dibaca. Daripada mengoleksi ribuan bahkan jutaan kopi buku, tapi tak dimanfaatkan dengan baik.
Ketua Umum Forum Perpustakaan perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), Mariyah dalam Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2021 "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi Dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural." (Kompas.com). Selasa,23/3/2021.
Masalahnya mentalitas budaya baca kita masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Menarik dan menginspirasi mobilisasi atau pergerakan yang direncanakan oleh Ketua Umum Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dalam mengkampanyekan budaya membaca dari sisi hulu menuju hilir tanah air.
Penulis sangat mengapresiasi organisasi LSM yang bergerak di bidang literasi membaca yang sudah tersebar di seantero nusantara. Gerakan semacam ini perlu dukungan dan sinergitas dari masyarakat.
Tak perlu memberikan contoh yang jauh-jauh, penulis mengamati di Kompasiana ada Inspirasiana yang selalu mengkampanyekan budaya membaca dan memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat yang kekurangan akses membaca.
Selain itu, ada banyak Kompasianer yang sudah mulai bergerak untuk mengkampanyekan budaya membaca di kampung halamannya. Mobilisasi atau pergerakan semacam ini perlu di dukung oleh pemerintah setempat untuk meng-goal-kan budaya membaca yang merata kepada semua orang.
Penulis juga mengamati dari setiap pemuka agama yang ada di Indonesia, mulai bergerak untuk memajukan budaya membaca bagi masyarakat yang kurang beruntung. Misalnya Kongregasi SVD (Serikat Sabda Allah) merupakan kongregasi Imam Katolik terbanyak di dunia dan Indonesia yang melalui forum JPIC (Justice, Peace, Integrity of Creation) menaruh perhatian lebih kepada masyarakat marginal yang tidak memiliki akses bacaan yang berkualitas.
Ada Imam-Imam dari Kongregasi SVD yang memberikan tenaganya secara Cuma-Cuma untuk membaktikan diri dalam memberdayakan budaya membaca di tanah air.
Upaya-upaya semacam ini sebagai bagian dari kampanye membaca bagi masyarakat Indonesia dari Hulu menuju Hilir sesuai dengan program Pemerintah untuk memberantas buta aksara di tanah air.
Harapan kita, kampanye membaca bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, tapi kita semua ikut terlibat dalam kegiatan positif ini. Tujuannya Sumber Daya Manusia Indonesia semakin bersaing di kancah Nasional dan Global. Â
Terakhir, dengan peringkat kedua pemilik perpustakaan dan pengoleksi buku terbanyak dunia, tidak menjadikan kita untuk berbesar hati. Melainkan ini sebagai alarm bagi kita untuk mempertanggungjawabkan kualitas SDM kita di mata dunia.
Salam literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H