Kita beralih ke pelantikan Presiden Joe Biden bulan Januari 2021, di mana ia meneruskan tradisi membacakan puisi dari Partai Demokrat, semenjak era John F Kennedy. Dilansir dari Liputan6.com "Puisi Amanda Groman berjudul The Hill We Climb."
"Kita memang jauh dari terpoles, jauh dari pristin, tetapi kita tidak berjuang mencari persatuan yang sempurna, kita berjuang untuk menempa persatuan dengan tujuan menyusun sebuah negara yang berkomitmen kepada semua budaya, warna, karakter, dan kondisi manusia," demikian petikan puisi Amanda Gorman yang dibaca Rabu (20/1/2021) di Washington, D.C.
Pertanyaannya, apakah pemimpin kita sudah mencintai Sastra dan penyair tanah air? Kondisi ini memang berbanding terbalik di dalam negara kita. Ribuan penyair atau penulis hidupnya tak jelas. Karena kurang perhatian dari pemerintah. Padahal maju dan mundurnya sebuah bangsa, tergantung dari budaya Sastranya.
Sastra adalah bagian pemersatu bangsa. Tatkala kita berjalan di toko-toko buku terdekat, ketika kita melihat sebuah sampul buku yang mencuri pandangan pertama kita, kita tak pernah mempertanyakan latar belakang penulis. Termasuk kepercayaan apa yang dianutnya, dari suku mana ia berasal, tingkat pendidikannya, dll. Yang terpenting kita bisa membaca dan mendapatkan inspirasi dari buku tersebut.
Potretan ini setidaknya mewakili jeritan suara penulis tanah air yang sampai kini masih berjuang untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Menulis adalah bagian dari persatuan bangsa. Mencintai Sastra dan para penulisnya adalah jalan mutlak bagi siapapun di tanah air tercinta.
Semoga ke depan, setiap pelantikan para pemimpin publik, tradisi membacakan karya puisi diterapkan, sebagai bangsa yang mencintai Sastra dan penyairnya. Â Selain itu, sebagai perjuangan untuk membangkitkan minat membaca di kalangan masyarakat.
Salam literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H