Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berhenti Mempercayai Kaum Skolastik Patriarki!

28 Februari 2021   01:50 Diperbarui: 28 Februari 2021   02:12 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akibat percaya pada penggila kekuasaan. Foto dari Pixabay.

Berhenti mempercayai kaum skolastik yang berpikiran patriarki. Tapi, ikuti kaum rasionalitas demi kemajuan bersama.

Kongsi adalah salah satu kota maju di provinsi Sophia. Sophia terbagi menjadi beberapa distrik, yakni Cogito, Ergo dan Sum. Ketiga distrik ini dulunya adalah kota maju. Bahkan keharumannya melintasi antar benua.

Kemasyhurannya mengundang berbagai provinsi lain di belahan dunia manapun untuk mencari suaka di Provinsi Sophia. Terutama diketiga distrik penopang Sophia.

Jauh sebelum kehadiran penyakit Sampar yang melanda Provinsi Sophia, rakyatnya hidup dalam kedamaian, ketentraman. Mereka saling akur. Seakur quota internet dan penggunanya.

Hidup damai dan tenang masyarakat diketiga distrik Sophia, mampu melemahkan urat nadi setiap provinsi Tetangga. Muncullah kecemburuan sosial antar provinsi.

Ditambah lagi dengan wacana rasionalitas pemeganang absolut pemerintahan Sophia untuk memindahkan pusat pemerintahan dari distrik Cogito yang terkenal dan sangat melegenda ke distrik Sum yang sangat luas dan adem lingkungannya.

Cikal bakal wacana pemindahan pusat pemerintahan dari distrik Cogito ke Sum, memicu polemik antar penganut partai konservatif di pusat pemerintahan Sophia. Dalam sekejap, rakyak diketiga distrik itu diadu-domba oleh pemimpin yang memiliki kepentingan.

Kekuasaan telah melemahkan humanisme. Lalu, rakyat semakin dikambinghitamkan. Rakyat terpecah menjadi dua kubu. Kubu Rasionalitas dan kubu Patriarki.

Kubu Rasionalitas menginginkan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari ibukota provinsi Sophia ke distri Sum yang alamnya masih perawan. Selain itu, distrik Sum sangat tepat untuk hanya dijalankan pemerintahannya saja. Sementara pusat hiburan dan ekonomi tetap berputar dan berpusat di ibukota provinsi Sophia.

Akan tetapi, penganut patriarki, yang notabene adalah kaum skolastik atau generasi penyembah ilmu akademik menolak keras wacana pemerintahan pusat.

Pro dan kontra menjadi menu terlezat yang disajikan oleh Media Massa setiap hari. Bahkan pemberitaan seputar kemiskinan dan ketimpangan pelayanan publik dikesampingkan, demi meraup rupiah dari wacana terheboh dan terkeren pemindahan ibukota provinsi Sophia.

Sementara dalam koridor polemik atau perdebatan, datanglah tamu yang tak diundang, yakni penyakit sampar yang melanda dunia. Efeknya turut melemahkan segala aspek kehidupan di dalam ruang publik.

Situasi dan kondisi (Sikon) ini dimanfaatkan oleh aliran kanan atau penganut sistem Patriarki untuk mendirikan benteng penyerangan kepada pemerintah pusat.

Tujuannya adalah mereka tak mau memindahkan ibukota provinsi ke distri Sum. Ya, alasan klise yakni zona nyaman mereka akan tergusur oleh kehadiran wajah baru di dunia pemerintahan provinsi Sophia.

Terciptalah dua kubu dan banyak lagi kasus yang sampai saat ini belum kelar. Kematian statistik terus meneror rakyat Sophia. Kaum skolastik adalah biang keladi dari penyakit Sampar ini. Mereka terus berteriar di balik tembok rumah mereka yang menjulang, menembusi langit malam kota Sophia.

Media massa sebagai penegah menjadi berbelot mengikuti aliran mesin ATM kaum skolastik. Sementara rakyat kecil menjadi korban. Bahkan mereka kehilangan keluarga, jati diri mereka, masa depan anak-anak mereka. Akibat propaganda statistik dari kaum skolastik yang hampir menguasai Media Massa.

Rakyat Sophia menderita dalam segala aspek kehidupan. Anak-anak menangis, orangtua pusing memikirkan cicilan rumah, mobil, motor, rumah dll. Kasus perceraihan makin meningkat. Orang gila jabatan makin meningkat pula. Provinsi Sophia berubah menjadi ikon konspirasi kaum skolastik penggila kekuasaan.

Setiap hari kematian statistik makin menjadi-jadi. Tujuan dari kematian statistik ini adalah untuk menggagalkan pemindahan ibukota provinsi Sophia ke distrik Sum.

Tatkala musim hujan tiba, rakyat Sophia masih menjadi abu-abu sekaligus bercampur emosi hitam-putih untuk menanti jawaban. Jawaban akan berakhirnya penyakit Sampar yang sangat mematikan.

3 tahun, penyakit Sampar masih menggerogoti kehidupan rakyat Sophia. Mereeka terus menunggu. Tapi, pekerjaan terberat bagi mereka adalah menunggu sesuatu yang tak pasti. Atau dalam istilah filsuf Albert Camus adalah bunuh diri filosofikal.

Bunuh diri filosofikal artinya mencari sesuatu yang tidak ada jawabannya. Nah, begitulah kisah penantian mereka akan kapan berakhirnya penyakit Sampar di kota Sophia.

Sophia adalah kota yang jaya dan makmur. Kini berubah menjadi kota kriminalitas. Sekaligus kota pencetak penyakit krisis identitas terbesar di dunia.

Akhirnya, jangan terlalu lama menunggu permainan kaum skolastik di dalam kehidupan setiap hari. Tapi, fokuslah pada arah dan tujuan hidup anda. Karena kehidupan terus berjalan. Berjalannya kehidupan tak bisa diulangi. So, berhenti untuk diperbodohi oleh kaum skolastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun