Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Harmoni Kata dan Suara Anak Rantau di Kota Metropolitan Jakarta

22 Februari 2021   23:56 Diperbarui: 23 Februari 2021   05:53 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah ekonomi raksasa adalah bangsa kita yang kaya akan sumber daya alam, manusia dan budayanya. Sementara, ekonomi kurcaci adalah bangsa lain yang minim sumber daya alam, tapi larinya kencang. Sekencang kijang yang ada di kebun raya Bogor.

Percuma aku berbicara tanpa data statistik, kedengarannya seperti orang yang sedang halusinasi. So, di dalam buku "Sapiens" Karangan Yuval Noah Harari mengatakan bahwa " tahun 1775, 80% ekonomi hanya berputar di Asia. Ekonomi gabungan India dan Tiongkok mencapai sepertiga dari produksi global. Eropa hanya kurcaci ekonomi."

Lantas, bagaimana ekonomi kurcaci lari mendahului kita bangsa Asia? Dalam konteks ini, kita bangsa Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, budaya dan manusianya.

Lah, itukan kisah zaman dulu, sekarang mah beda. Sekali lagi, saya tegaskan bahwa, Sekarang dan zaman lampau (Present - Past Tense) selalu memiliki korelasi.  Ya, korelasinya terletak pada mindset.

Mindset yang seperti apa? Berpikir visioner dan berpikir untuk saling menyalahkan. Orang luar berpikir untuk kemajuan bangsanya. Sementara kita saling menjelekkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Kita selalu cenderung untuk menyalahkan orang lain. Daripada menyalahkan diri sendiri.

Terakhir, mari kita mendukung pemerintah kita dengan cara mencintai produk lokal, daripada produk luar negeri. Tujuannya adalah daya konsumsi kita semakin meningkat, otomatis akan mengangkat perekonomian Nasional kita.

Perekonomian Nasional yang bangkit, turut memberikan andil bagi kesehatan dompet dan jiwa kita semua. Terutama aku sebagai anak rantau.

Demikian harmoni kata, suara dan celoteh anak rantau yang sedang menikmati kelap-kelip kota Metropolitan Jakarta di tengah malam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun