Istilah ekonomi raksasa adalah bangsa kita yang kaya akan sumber daya alam, manusia dan budayanya. Sementara, ekonomi kurcaci adalah bangsa lain yang minim sumber daya alam, tapi larinya kencang. Sekencang kijang yang ada di kebun raya Bogor.
Percuma aku berbicara tanpa data statistik, kedengarannya seperti orang yang sedang halusinasi. So, di dalam buku "Sapiens" Karangan Yuval Noah Harari mengatakan bahwa " tahun 1775, 80% ekonomi hanya berputar di Asia. Ekonomi gabungan India dan Tiongkok mencapai sepertiga dari produksi global. Eropa hanya kurcaci ekonomi."
Lantas, bagaimana ekonomi kurcaci lari mendahului kita bangsa Asia? Dalam konteks ini, kita bangsa Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, budaya dan manusianya.
Lah, itukan kisah zaman dulu, sekarang mah beda. Sekali lagi, saya tegaskan bahwa, Sekarang dan zaman lampau (Present - Past Tense) selalu memiliki korelasi. Â Ya, korelasinya terletak pada mindset.
Mindset yang seperti apa? Berpikir visioner dan berpikir untuk saling menyalahkan. Orang luar berpikir untuk kemajuan bangsanya. Sementara kita saling menjelekkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Kita selalu cenderung untuk menyalahkan orang lain. Daripada menyalahkan diri sendiri.
Terakhir, mari kita mendukung pemerintah kita dengan cara mencintai produk lokal, daripada produk luar negeri. Tujuannya adalah daya konsumsi kita semakin meningkat, otomatis akan mengangkat perekonomian Nasional kita.
Perekonomian Nasional yang bangkit, turut memberikan andil bagi kesehatan dompet dan jiwa kita semua. Terutama aku sebagai anak rantau.
Demikian harmoni kata, suara dan celoteh anak rantau yang sedang menikmati kelap-kelip kota Metropolitan Jakarta di tengah malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H