Dulu aku adalah pengkritik ajaran Marxisme tentang alienasi atau keterasingan dalam dunia kerja. Selain itu, aku juga pengkritik dunia iklan dalam kaca mata Herbert Marcuse. Tapi, sekarang aku adalah penyembah ajaran kedua filsuf di atas.
Ya, karena segala sesuatu yang berada di dunia ini tak pasti. Ketika aku terus menolak ajaran Marxisme dan Herbert Marcuse, sama saja aku menjerumuskan diriku ke dalam ranah kemelataran. Karena sejatinya, pemilik atau pengendali mesin ATM-ku ada dalam dunia kerja.
Ketika mengulik aksara, aku hanya mengikuti arah logikaku. Tapi, aku juga perlu bersikap realistis, bahwasannya mengulik aksara tanpa kebutuhan finansial yang cukup, sama saja aku berteori yang ujung-ujungnya hanya sebatas ilusi belaka.
Ilusi berteori boleh, asalkan adanya keseimbangan antara menulis dan bekerja. Demikian potretan prahara rindu tatkala tak bisa menulis di buku diaryku hari ini.
Selamat pagi dan selamat beraktivitas rekan seperjuanganku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H