Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Goresan Asmara di Kota Tulungagung

21 Januari 2021   08:17 Diperbarui: 9 Maret 2021   08:52 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goresan asmara kawula muda. Sumber;Pixabay;

Kita tak pernah memilih untuk jatuh cinta dengan siapa pun. Termasuk latar belakang pasangan

Namun dibalik gelora asmara yang tersembul dari dalam hati kita, ada luka dan derita yang masih tersimpan rapi dalam kalbu kita. Ke manakah kita harus berceloteh? Entah, sebab aku juga masih menyimpan goresan-goresan asmara di kota Tulungagung.

Winda adalah seorang gadis yang bekerja di toko roti, berdampingan dengan tempat aku bekerja. Aku bekerja di Cafe & Pizza. Tepatnya di perempatan 555 kota Tulungagung.

Kadar tepung dan komposisi daging sapi, serta bahan-bahan pendukung Pizza masih segar di depan mataku. Aku tidak bisa menahan lagi gelora asmara. Gelora cinta yang bergejolak di dalam dada terus mengarahkan aku untuk segera memanggil nama Winda.
Waktu berlalu secepat kilat petir, aku pun semakin khawatir. karena Winda belum keluar dari tirai besi toko roti itu.

Namun, kecemasanku tidaklah bertahan lama. Karena pintu toko segera dibuka. Aku sudah tahu, bahwa itu adalah winda. Tepat seperti apa yang aku pikirkan. Winda segera keluar. Hatiku semakin membara. Aku hampir melonjak kegirangan. Karena pujaanku menepati janjinya untuk jogging bersama di Alon-Alon kota Tulungagung.

"Astaga si nenek tua ini juga ikut-ikutan, ah! Celotehku. Karena winda membawa serta sang majikan untuk jogging bersama.  Makin runyam dunia, bila cinta kawula muda diganggu oleh kehadiran orang lain.

Kegembiraan yang aku rasakan, dengan seketika sirna terbawa angin nan segar kota Tulungagung pada pagi hari. Karena aku berpikir bahwa, pagi itu aku harus jogging berdua saja. Ya, karena semalam kami sudah menyepakati perjanjian via pesan WhatsApp. Bukan perjanjian yang dilandaskan pada hukum industri, ya.

"Sugeng enjing Mbak." Pura-pura menyapa bosnya Winda. Padahal hati sudah dongkol!
Jawabnya, Sugeng Enjing nak." Sampeyan saking nang ndi?
Ow, kula saking Timor mbak. Piye kabare?
"Sae-sae mawon, nak."
"Enggehhh."

Setelah percakapan singkat antara aku dan bossnya winda. Kami pun mulai jogging bersama. Oh ternyata, si nenek tua itu lebih peka, daripada dugaan aku. Lalu, ia mengatakan kepada winda bahwa, " Winda aku duluan ya."
"Jawab winda, ohh Ngeechh."

"Asyik. Aku dan winda memiliki kesempatan untuk ngobrol. Aku senang winda pun senang. Ya, karena kami saling menahan gelora asmara di dalam dada. Sembari menikmati jogging pagi bersama winda, kami pun ditemani dengan suasana hiruk - pikuk para Lansia yang dengan bersemangat berlari ke sana - kemari sembari menebarkan senyuman khas dari raut wajah mereka. Aku dan winda sangat menikmati moment seperti itu. Maklumlah ada kebebasan untuk mengekspresikan diri. Karena sebagian besar waktu yang kami miliki dihabiskan dalam dunia kerja.
"Win.....aku senang kamu mau jalan bareng sama aku."

Jawabnya, wes, aku juga senang, kok mas." Percakapan diantara aku dan winda semakin ngalir. Moment seperti ini, kami gunakan untuk saling mengenal satu sama lain. Sembari kami mencari udara segar di taman kota Aloon - Aloon Tulungagung.
"Win.....kamu agama Islam kan?

"Jawabnya, wes, aku agama Islam."
"Lah, sampeyan agama opo?
"Aku agama Katolik, Win."

Kayaknya dia agak terkejut. Karena ia tidak menyangka aku beragama katolik. Tetapi, antara aku dan dia tidak mempersoalkan agama. Karena agama itu berkaitan dengan ruang privat. Ruang yang hanya bisa diketahui dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

Namun, realitas bangsa Indonesia yang menggunakan agama untuk saling mencari kelemahan bagi sesamanya. Meminjam istilah Thomas Hobbes,"manusia adalah serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus)."

"Winda.....oh Winda mengapa engkau menghipnotis diriku dengan senyuman manjamu. Kondisi ini mendorong aku untuk mengecup keningnya, tapi aku malu dengan orang-orang yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku kami."

Maklum sebagian besar yang jogging pada pagi hari ini adalah para lansia. Aku dan Winda hadir dengan warna pelangi.

Akhirnya, aku pun berani untuk merangkul dia. Winda pun malu-malu. Katanya, aku malu dilihatin orang. Jawabku, ngak perlu malu winda." Lalu, winda semakin memancarkan senyuman malu-malu, sembari wajahnya yang mulai memerah. Hhhhhhhh........

Setelah sekian belasan kali, aku dan winda mengelilingi taman kota Aloon - Aloon Tulungagung yang luas dan panjangnya tidak sebanding dengan Taman Alun - Alun kota Malang. Meskipun, aku orang asli Timor tapi aku sudah cukup mengenal Jawa Timur dengan baik. Sementara winda cuman mengenal Kediri kota kelahirannya. Lalu aku mengajak winda untuk liburan di kota Malang.

Winda gadis manja yang melemahkan mataku. Maklum laki-laki mengawali perasaan cinta dari pandangan mata.

Tanpa terasa petualangan aku dan winda berakhir dengan seiring datang dan perginya detik demi detik menuju pekerjaan kami.

Notifikasi pesan WhatsApp dari Winda

 " Makasi ya uda nemenin aku jogging." Aku pun membalas chatnya, ow ya makasi juga win."
Pesan emoji memenuhi labirin semesta WhatsApp.

Mas nanti hari senin jogging lagi ya. Dalam hati, setiap hari jogging, enggap apa-apa, kok. Asalkan jangan bawa-bawain majikan kamu.

Tapi, cinta aku dan Winda berakhir dengan peristiwa yang sangat menyakitkan. Karena orangtua Winda, tak merestui hubungan kami. Antara aku dan Winda harus menerima kenyataan, bahwa kami boleh saling mencintai, tapi latar belakang kami tak merestuinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun