Di sini saya bukan peracik artikel yang nyaman bagi pembaca, ya. Karena hampir semua karya saya terkesan kaku dan berat. Karena cara peracikan saya cenderung mengikuti gaya kepenulisan Filsafat, Sosial, Budaya (Humaniora) yang sudah ketinggalan zaman di mata penikmat.
Tapi, saya menyadari bahwa, untuk menjadi primadona bagi penikmat aksara, tak ada teknik atau cara lain, selain latihan ekstra. Latihan ekstra di sini adalah menulis lebih banyak daripada orang lain. Semakin banyak jam terbang, gaya kepenulisan kita akan ringan dan bersahabat dengan penikmat aksara.
Kita ikuti gaya latihan ekstra ala Cristiano Ronaldo selama di lapangan hijau. Ia meluangkan waktu lebih banyak untuk latihan. Saat rekan-rekannya pada bersantai ria, ia tetap latihan. Dan, hasil latihan ekstra Cristiano Ronaldo sudah tak diragukan selama berada di lapangan hijau. Nah, serupa, seirama dengan kita dalam dunia kepenulisan.Â
Ikuti Kemauan Pembaca
Pembaca atau penikmat yang menilai karya kita. Apa yang kita tulis, belum tentu diterima oleh pembaca. Jadi, tak ada salah, kok, bila kita mengikuti kemauan dari pembaca. Seperti, menulis artikel tak perlu memakai bahasa yang baku. Pembaca akan senang, bila tulisan kita berangkat dari bahasa keseharian dalam percakapan. Karena kita ini menulis blog, bukan menulis artikel ilmiah. Tapi, ini tergantung kepada setiap penulis. Karena bagaimana pun, jawaban dari poin ini akan berujung pada,'hidup adalah pilihan."
So, terima kasih untuk kamu yang sudah membaca coretan rasa dan pikiran di artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H