Hidup bergelimang harta adalah impian setiap orang. Â Munafik bila kita tak memiliki impian untuk menjadi kaya raya. Karena hidup hanya sekali. Setiap orang akan menggunakan jalan tikus untuk mencapai puncak popularitas. Seperti para politisi dan pebisnis.
Popularitas adalah dambaan setiap orang. Usaha untuk menduduki posisi tertentu semakin merobek norma-norma kehidupan bersama. Sejatinya kodrat manusia adalah baik adanya. Tapi, keadaan yang mengubah manusia menjadi ganas seperti macan.
Cara politisi dan pebisnis untuk mencapai puncak popularitas adalah menghancurkan kondisi psikologis orang-orang tercinta para pesaingnya. Taktik/straregi ini  umumnya dipakai dalam dunia militer.
Bila zaman dulu dalam sebuah perang, perempuan (maaf) dijadikan sebagai objek/sasaran untuk menghancurkan konsentrasi dan kerja sama antar prajurit. Sekarang, politisi dan pebisnis menggunakan orang terdekat dari pesaingnya. Karena orang terdekat yang mengetahui titik kelemahan dari pesaingnya.
Sungguh ironis, tapi inilah realita. Bekerja di belakang layar itu jauh lebih nyaman, Â daripada menjadi pemain utama/antagonis dalam setiap episode kehidupan. Skenario kekacauan ini selalu dimanfaatkan oleh kebanyakan politisi dan pebisnis Indonesia saat ini.
Di mana, mereka berusaha untuk menghancurkan pemerintahan yang ada dengan bekerja sama dengan orang-orang kepercayaan dari sang pemimpin. Teknik manuver ini sudah ada sejak zaman kerajaan. Namun, teknik/rahasia ini masih relevan hingga politik kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini.
Konspirasi politisi dan pebisnis dalam mengejar keuntungan pribadi maupun kelompok adalah akar dari perpecahan rakyat. Rakyat kecil dijadikan sebagai kelinci percobaan dari setiap produk skenario maha dahsyat politisi dan pebisnis.
Tendensi jalan tikus semakin menggema di seantero bumi pertiwi. Di setiap pojok ada rahasia. Rahasia terbesar adalah ingin menggantikan pemerintahan yang ada. Karena keinginan untuk mengeruk harta kekayaan selalu terbentur dengan jiwa pemimpin yang merakyat, jujur dan totalitas dalam melayani rakyat.
Jangan kaget dan heran dengan kondisi bangsa kita saat ini. Karena semua ini hanyalah politik manuver yang terselubung di dalam istana negara. Mereka adalah sekumpulan penyembah hirarki demokrasi. Demokrasi hanya berlaku bagi politisi dan pebisnis. Sementara rakyat kecil hanyalah objek/sasaran dari setiap eksperimen.
Sebagai resolusi untuk rakyat kecil dalam menghadapi politik manuver ini adalah bijak. Bijak untuk tidak terprovokasi dengan aneka wacana politisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H