"Mengapa harus imajinasi bukan yang lain mas?"
"Karena dalam imajinasi kamu akan menjadi orang hebat dan menginspirasi setiap orang yang berada di dekat kamu. Itu adalah kekuatan kamu dalam menciptakan kehidupan yang jauh lebih baik dari sekarang. Percayalah, dalam imajinasi kamu akan menemukan masa depanmu."
Saya tak bisa berkata-kata. Karena saya merasa keperawanan diriku sudah didengar oleh seantero gunung Ijen.
"Mas, ilmu pengetahuan lahir dari imajinasi! Newton menemukan teori gravitasi dari imajinasi berkat jatuhnya buah apel di kepalanya smentara ia tertidur. Beliau berpikir bagaimana bisa buah apel jatuh ke bawah, bukan ke jatuh ke atas. Dari pengalaman itu, beliau berimajinasi. Akhirnya, ia menemukan teori gravitasi yang mengubah wajah dunia saat ini."
Pengalaman menyeduh secangkir kopi dalam terang dialog telah menambah motivasi diriku untuk terus mencari dan melangkah dalam menaklukkan labirin semesta.
Selepas percakapan singkat di tengah kesunyian kelap malam, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Ijen. Saya semakin bergairah mengayunkan langkah kakiku. Bagaikan seorang seorang musafir yang menjelajahi samudera kehidupan. Sembari tur guide memberikan ultimatum kepada saya untuk mengantisipasi jatuhnya batu dari jalanan terjal menuju puncak Ijen.
Pukul 04.00 WIB, kami dan rombongan seluruh wisatwan dari seluruh dunia melepas imajinasi di atas puncak gunung Ijen. Bau belerang semakin menyengat. Sembari diiringi bau kaos kaki dan nafas terbata-bata para penambang belerang yang naik dan turun dengan bakul belerang mereka. Rasa lelah dan kantuk kini diganti dengan rasa penasaran akan terbitnya blue fire di dasar Kawah Ijen. Saya semakin penasaran layaknya rasa penasaran para filsuf dalam mencari kebenaran.
"Apakah ada persediaan masker dan senter? Tanya tur giude.
"Tidak ada mas!"
"Silakan menyewa masker oksigen dan senter dari tour guide lainnya."
Setelah menyiapkan perlengkapan demikian, saya berbaur dengan para wisatwan mancanegara berlomba menuruni jalanan terjal menuju dasar gunung Ijen. Rasa takut dikalahkan dengan rasa penasaran. Lampu senter semakin meredup karena baterainya hampir habis. Adrenalin saya ditantang untuk menuju dasar gunung Ijen yang dipenuhi oleh batu besar dan jalan setapak yang dipadati oleh banjir manusia.